MUTASI
Mutasi adalah perubahan genotipe
yang dapat mengakibatkan perubahan sifat atau karakter dan perubahan pada
fenotipe. Mutasi diturunkan dari sel induk kepada keturunannya. Mutasi pada sel
gamet mengakibatkan perubahan sifat pada individu keturunannya; mutasi sel
somatik mengakibatkan perubahan sifat pada sel hasil mitosis sel somatik itu.
Tingkat terjadinya mutasi dapat
dibedakan menjadi mutasi tingkat gen dan mutasi tingkat kromosom (aberasi
kromosom).
Mutasi
Tingkat Kromosom (Aberasi Kromosom)
Mutasi tingkat kromosom atau gross
mutations adalah perubahan materi genetik pada kromosom. Mutasi tingkat
kromosom merupakan mutasi besar.
Umumnya, ada dua kategori mutasi kromosom, yaitu yang diakibatkan oleh
penyimpangan jumlah kromosom, dan yang menyangkut perubahan dalam struktur
kromosom individual. Mutasi kromosom tidak hanya berdampak pada perubahan satu
macam gen, melainkan dapat mengakibatkan berubahnya beberapa gen yang
terkandung di dalam kromosom tersebut. Oleh karena itu, pengaruh mutasi
kromosom pada fenotipe individu lebih nyata dibandingkan dengan pengaruh mutasi
gen.
A.
Mutasi
Akibat Perubahan Struktur Kromosom
Perubahan struktur kromosom dapat disebabkan
oleh perubahan jumlah gen dalam kromosom karena delesi (defisiensi) dan
duplikasi serta perubahan lokasi gen pada kromosom karena inversi, translokasi,
dan katenasi kromosom.
1) Delesi (Defisiensi)
Merupakan peristiwa hilangnya sebagian segmen
kromosom karena patah, kemudian segmen patahannya menempel pada kromosom lain
yang sama homolognya. Contoh delesi pada manusia adalah delesi pada lengan
pendek kromosom nomor 5 yang mengakibatkan sindrom
cri du cat ( sindrom kucing menangis ). Penderita pada sindrom ini memiliki
pita suara kecil, epiglotis melengkung sehingga suara tangisan pada saat bayi
seperti pada kucing, keterbelakangan mental, muka bundar, kepala lebar,
micrognthia (rahang bawah kecil), kelainan jantung, pertumbuhan badan lambat,
dan pada umumnya meninggal saat lahir atau masa anak – anak. Contoh delesi pada
tumbuhan adalah warna aleuron (biji) jagung. Sifat tidak berwarna aleuron
adalah resesif yang ditutup ekspresinya oleh pengaruh gen dominan yang
menentukan warna aleuron tersebut. Tetapi, jika bagian kromosom yang mengandung
gen dominan patah dan hilang, tinggalah gen resesif yang mengakibatkan aleuron
tidak bewarna.
Macam delesi dapat dibedakan menjadi :
a) Delesi terminal,
yaitu kehilangan ujung segmen kromosom
b) Delesi interfisial,
kehilangan bagian tengah segmen kromosom
c) Delesi cincin,
kehilangan segmen kromosom yang berbentuk lingkaran seperti cincin
d) Delesi loop,
delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom lainnya.
2)
Duplikasi
Merupakan peristiwa kelebihan atau bertambahnya
segmen pada kromosom. Segmen kromosom yang menempel berasal dari kromosom yang
sama homolognya. Akibat dupliksi segmen, akan terdapat lebih dari satu segmen
identik di dalam satu perangkat kromosom sehingga di dalamnya terdapat dua kali
jumlah gen dibandingkan kromosom normal. Contohnya adalah duplikasi pada
kromosom X segmen nomor 16A pada lalat buah Drosophila
melanogaster yang berakibat timbulnya mata “bar” atau mata yang berukuran
kecil. Disebabkan oleh suatu dupliksi suatu daerah dalam kromosom X yang
diperlihatkan oleh pola berbarik dari kromosom politen. Duplikasi kedua dari
daerah yang sama mengakibatkan kondisi yang dikenal dengan ultra-Bar, menghasilkan kelainan-kelainan mata yang makin parah.
3)
Inversi
Merupakan peristiwa perubahan urutan letak gen pada
suatu kromosom karena terjadi pembalikan segmen kromosom. Hal ini dapat terjadi
karena kromosom patah di dua tempat yang diikuti penyisipan kembali gen dengan
urutan terbalik. Dampak inversi kurang merugikan pada pembawa dibanding dengan
dampak delesi atau duplikasi. Kelainan-kelainan lebih banyak terlihat pada
keturunan pembawa inversi, disebabkan oleh kesukaran sinapsis. Inversi dapat
digunakan menjadi dua macam, yaitu inversi perisentrik (segmen yang terbalik menyangkut sentromer)
dan inversi parasentrik (segmen yang terbalik tidak menyangkut sentromer).
4)
Translokasi
Merupakan peristiwa kromosom patah lalu segmen
patahannya melekat kembali pada kromosom yang tidak sama homolognya. Oleh sebab
itu, pada waktu meiosis, salah satu gamet bisa menerima sepotong kromosom
ekstra. Peristiwa ini menimbulkan gamet semi steril atau kurang mampu membuahi
sehingga separuh zigotnya tidak terjadi.
Suatu contoh pada manusia yang sudah dikenal baik,
menyangkut translokasi kromosom 21 (yang mengakibatkan sindrom Down apabila
individual itu trisomis) kepada kromosom 14 dan kadang-kadang 15. Mungkin saja
bahwa salah satu gamet yang dihasilkan dari meiosis dalam sel bisa hidup
meskipun mengandung kromosom translokasi. Meskipun struktur kromosomnya mungkin
abnormanl, namun jumlah total dari
informasi genetis di dalam gamet itu adalah normal. Seseorang yang tumbuh dari
gamet demikian dikenal sebagai pembawa (“carrier’)
translokasi. Sindrom Down yang
diwariskan disebut Sindrom Down Familial.
Bentuk Translokasi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a) Translokasi
respirok
Hal ini terjadi jika kromosom nonhomolog saling
bertukar fragmen. Translokasi ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu translokasi
respirok homozigot (terjadi jika 2 pasang kromosom translokasi mempunyai gen –
gen yang sama) dan translokasi respirok heterozigot (terjadi jika 2 pasang
kromosom translokasi mempunyai gen – gen yang tidak sama ).
b) Translokasi
nonrespirok
Hal ini terjadi jika hanya menstransfer satu fragmen
kromosom ke kromosom nonhomolog karena kromosom yang menstransfer fragmen tidak
menerima fragmen lainnya. Contoh : leukemia dan Sindrom Down.
c) Translokasi
Robertson
Hal ini terjadi jika kromosom – kromosom akrosentris
yang mempunyai sentromer pada satu ujung. Kromosom normal hanya mempunyai satu
lengan, kemudian menyatu pada sentromer membentuk kromosom – kromosom
metasentris. Penyatuan ini dapat terjadi antar kromosom homolog maupun
nonhomolog. Translokasi Robertson dapat ditemukan pada tikus – tikus liar.
Tikus-tikus rumah biasa, atau tikus-tikus laboratorium, Mus musculus, mempunyai 40 buah kromosom akrosentril. Beberapa
tikus liar telah diamati mempunyai suatu kariotipe dengan banyak
kromosom-kromosom metasentris, yang menunjukkan beberapa dari kromosom-kromosom
orisinal mengalami transolaksi Robertson. Penyatuan semacam ini lebih biasa
terjadi pada hewan dibandingkan tumbuhan.
5)
Katenasi
Merupakan peristiwa
yang terjadi jika dua kromosom nonhomolog membelah menjadi empat
kromosom, kemudian ujung – ujungnya bertemu sehingga membentuk lingkaran.
B.
Mutasi
Akibat Perubahan Jumlah Kromosom
Mutasi yang terjadi
akibat perubahan jumlah kromosom disebut ploidi. Perubahan jumlah kromosom
sendiri juga dapat terjadi pada saat pembelahan meiosis maupun mitosis. Peristiwanya
dapat berlangsung melalui pindah silang, gagal berpisah, atau melalui
rekombinasi DNA. Pindah silang terjadi apabila kromosom saling tumpang tindih
pada tahap metafase ketika meiosis. Gagal berpisah terjadi apabila pada
peristiwa mitosis terdapat perangkat kromosom yang saling membelit sehingga
sulit terpisah. Akibatnya terdapat sel anak yang tidak mendapat kromosom,
sedangkan sel anak yang lain kelebihan kromosom. Rekombinasi DNA itu dapat
terjadi melalui peristiwa persilangan, transformas (pada bakteri), transduksi
(pada bakteri oleh virus), atau secara buatan. Perubahan jumlah kromosom
sendiri juga dibagi menjadi dua yaitu Euploid
dan Aneuploid. Euploid melibatkan
seluruh perangkat kromosom, sedangkan aneuploid melibatkan kromosom individual.
1)
Euploid
Euploid merupakan
perubahan pada seluruh set kromosom yang merubah seluruh materi genetik dalam
suatu genom (set) sehingga jumlah kromosom menjadi kelipatan dari set kromosom
haploidnya. Euploid berdasarkan jumlah set kromosom dibedakan menjadi beberapa
tipe, yaitu monoploid, diploid, triploid, tetraploid,
dan seterusnya. Organisme yang mempunyai kromosom 3n, 4n, 5n, dan seterusnya
dinamakan poliploid.
Tanaman poliploid
sendiri memiliki jumlah kromosom yang lebih banyak namun ukuran yang lebih
kecil. Tanaman poliploid sendiri memiliki ciri-ciri tampak lebih kekar, ukuran
sel lebih besar, bagian-bagian tanaman lebih besar, daun lebih tebal dan
bewarna lebih hijau, ukuran bunga lebih besar tetapi waktu berbunga yang lama,
daya fertilitas berkurang, serta kurang tahan terhadap serangan penyakin dan
perubahan lingkungan.
a) Monoploid
Organisme monoploid memiliki satu
genom (n kromosom) dalam sel tubuhnya. Hal itu terjadi pada sebagian
besar bakteri, fungi, alga, lumut, dan serangga Hymenoptera. Organisme monoploid
kurang kuat dan bersifat steril karena kromosom homolog tidak memiliki pasangan
selama meiosis. Contoh organisme monoploid adalah lebah madu jantan yang
berasal dari ovum yang tidak dibuahi oleh spermatozoa dan tumbuh secara
partenogenesis.
b) Diploid
Organisme diploid memiliki dua genom
(2n kromosom) pada setiap sel somatis. Keadaan ini sangat menunjang
fertilitas, keseimbangan pertumbuhan, adaptasi, dan kemampuan hidup. Organisme
diploid terjadi dari peleburan sprema dan ovum yang haploid.
c) Tripoloid
Organisme triploid mempunyai tiga genom (3n kromosom) pada setiap sel somatis.
Pada umumnya, tumbuhan triploid mmepunyai buah berukuran lebih besar dan
bersifat steril sehingga dimanfaatkan untuk membuah buah-buahan tanpa biji,
seperti semangka, jeruk, dan anggur.
d)
Tetraploid
Organisme tetraploid mempunyai empat
genom (4n kromosom) pada setiap sel
di tubuhnya, tumbuhan tetraploid pada umumnya bersifat fertil, berukuran lebih
besar dan lebih banyak mengandung klorofil daripada yang normal. Contohnya
adalah tembakau (Nicotiana tabacum)
normal diploid mempunyai jumlah kromosom 48 dengan genom 24. Tembakau
tetraploid mempunyai jumlah kromosom sebanyak 96 dan memiliki nikotin 18—33%
lebih tinggi dari tembakau yang bersifat diploid.
e)
Poliploid
Organisme poliploid memiliki
kromosom lebih dari dua genom (2n kromosom). Misal, triploid (3n),
tetraploid (4n), dan pentaploid (5n). Poliploidi lebih umum
terjadi pada tumbuhan dan jarang ditemukan pada hewan. Rupanya ini fatal bagi
manusia dan hanya ditemukan pada janin yang ditemukan pada janin yang mengalami keguguran. Pengaruh
poliploid terhadap sel atau individu, antara lain:
-
terjadinya pertumbuhan raksasa;
-
jumlah kandungan vitamin pada tumbuhan poliploidi lebih banyak;
-
kesuburan atau fertilitas umumnya berkurang.
Para
ahli genetika tanaman telah memproduksi suatu hibrida yang dapat hidup dari
suatu persilangan antar spesies antara lobak dan kubis, di mana seluruh
komplemen kromosom dari hibrida diploid diduplikasikan, menghasilkan suatu
tetraploidi dan suatu spesies baru, Raphanobrassica.
Jika hibrida diploid adalah steril, tanaman-tanaman tetraploid hampir sepnuhnya
fertil.
Berdasarkan
asal kromosomnya poliploid dapat dibedakan menjadi dua yaitu Autopoliploid dan Alopoliploid.
i)
Autopoliploid
Jika terjadi penggandaan sendiri
pada kromosom sehomolog dari spesies yang sama. Autopoliploid dapat terjadi
pada saat meiosis. Meiosis abnormal dapat menghasilkan gamet 2n. Jika gamet 2n
bersatu dengan gamet normal (n) akan
menghasilkan autotriploid (3n).
ii) Alopoliploid
Jika penggandaan set kromosom
terjadi pada kromosom non homolog dari spesies yang berbeda. Alopoliploid
terjadi karena hibrid (penyilangan) antara dua spesies. Individu alopoliploid
bersifat steril sehingga dikembangbiakan dengan cara vegetatif. Kelebihan dari
individu alopoliploid adalah bersifat lebih kuat.
Usaha-usaha
yang dilakukan untuk menginduksi organisme diploid menjadi poliploid dapat
dilakukan dengan cara menghambat pemisahan kromosom. Untuk menghambat pemisahan
kromosom dapat dilakukan dengan cara antara lain :
1)
Sentrifugasi
, misalnya proses sentrifugasi atau pemusingan pada kecambah tembakau
2)
Menggunakan
suhu tinggi pada jagung
3)
Mengunakan
bahan-bahan radioaktif, contohnya sinar-X, yang dapat mengakibatkan sel
poliploid
4)
Menggunakan
senyawa kimia, seperti kolkisin, etil merkuri klorid, dan sulfanilamid, yang dapat
menginduksi terbentuknya poliploid pada tumbuhan dengan cara menghambat
terbentuknya serta gelendong pembelahan, sehingga kromosom tidak dapat memisah
dan akibatnya terjadi duplikasi kromosom.
Pada
umumnya tanaman budidaya merupakan euploid (dalam contoh ini tetraploid),
misalnya apel, pisang, kopi, kapas, kacang tanah, kentang, tebu, gandum, dan
tembakau.
Euploid pada hewan dan manusia hanya
dapat terjadi melalui Digini dan Diandri.
a)
Digini
Digini adalah dua inti sel telur
yang tetap terlindung dalam satu plasma dibuahi oleh satu spermatozoa. Digini
terjadi akibat kegagalan sel polosit memisah.
b)
Diandri
Diandri adalah satu sel telur yang
dibuahi oleh dua sel spermatozoa. Diandti terjadi karena keterlambatan dalam
pembuahan.
2)
Aneuploid
Aneuploidi
(an = tidak; eu = benar; ploid = unit)
merupakan mutasi kromosom yang tidak melibatkan perubahan pada seluruh genom,
tetapi terjadi hanya pada salah satu kromosom dari genom menyebabkan
pertambahan atau pengurangan jumlah kromosom. Organisme aneuploid mempunyai
jumlah kromosom yang lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan jumlah
kromosom diploidnya. Seseorang yang mengalami aneuploidi umumnya berumur pendek, di samping itu
pada sel-sel soma yang mengalami kanker juga dapat terjadi peristiwa
aneuploidi. Bentuk-bentuk peristiwa aneuploid berakhiran dengan somi, sehingga
aneuploid disebut juga dengan aneusom. Jadi, jika ada tambahan (ekstra) kromosom 21 disebut trisomi 21.
Suatu individual yang mempunyai hanya satu dan tidak sepasang kromosom 21
adalah monosomis.
Penyebab
terjadinya aneuploid dapat terjadi karena :
1.
Anafase
lag,
peristiwa tidak melekatnya kromatid pada gelondong pembelahan saat meiosis.
2.
Nondisjunction, yaitu peristiwa gagal berpisahnya
kromosom homolog pada saat anafase meiosis I atau gagal berpisahnya pasangan
kromatid selama anafase meiosis II. Jika nondisjungsi terjadi pada sel-sel
benih normal, hal ini disebut nondisjungsi
primer. Namun jika individual trisomi bereproduksi, nondisjungsi yang
menyebabkan aneuplodi pada sel-sel benih disebut nondisjungsi sekunder.
Tipe
aneuploid adalah Nulisomi, Monosomi, Trisomi dan Tetrasomi.
Contoh aneuploid yang terjadi pada manusia adalah sindrom down yang mempunyai
kelebihan satu kromosom pada kromosom tubuh nomor 21 sehingga jumlah kromosom
di dalam sel ada 47.
a)
Monosomi
Monosomik adalah peristiwa hilangnya
satu kromosom dari sepasang kromosom homolog dengan rumus genom (2n –1),
sehingga menghasilkan dua jenis gamet, yaitu (n) dan (n–1).
Contoh
penyakit: Sindrom Turner
b)
Nulisomi
Nulisomik adalah peristiwa hilangnya
sepasang kromosom homolog dengan rumus genom (2n–2). Organisme yang
mengalami nulisomik menunjukkan ciri-ciri kurang kuat, kurang fertil, dan daya
tahan hidup rendah.
c)
Trisomi
Trisomik adalah organisme diploid
yang memiliki satu kromosom ekstra atau tambahan dengan rumus genom (2n +
1), sehingga gamet yang dihasilkan adalah (n + 1) dan (n).
Contoh
penyakit: Sidrom Klinefelter, Sindrom
Jacob, Sindrom Edward, Sindrom Down, Sindrom Patau, dan Wanita Super.
d)
Tetrasomi
Jika satu pasang kromosom berada
dalam tambahan seperangkat kromosom organisme dengan rumus genom (2n +
2)
Keragaman individu-individu Ploidi dan
Poliploidi
Tipe
Ploidi
|
Formula
Kromosom
|
Perangkat
Kromosom Didasarkan atas Set Kromosom Haploid ABC
|
Monoploid
|
N
|
A B C
|
Diploid
|
2n
|
AA BB CC
|
Poliploid
:
|
||
Triploid
|
3n
|
AAA BBB CCC
|
Tetraploid
|
4n
|
AAAA BBBB CCCC
|
Pentaploid
|
5n
|
AAAAA BBBBB CCCCC
|
dan
seterusnya
|
Keragaman individu-individu Aneuploidi
Tipe
Aneuploidi
|
Formula
Kromosom
|
Perangkat
Kromosom Didasarkan atas Set Kromosom Haploid ABC
|
Disomi
(diploid)
|
2n
|
AA BB CC
|
Nulisomik
|
2n-2
|
BB CC atau AA BB atau AA
CC
|
Monosomik
|
2n-1
|
A BB CC atau AA
B CC atau AA BB C
|
Trisomik
|
2n+1
|
AAA BB CC atau AA
BBB CC atau AA BB
CCC
|
Trisomik
ganda
|
2n+1+1
|
AAA BBB atau AAA CCC
|
Tipe
Aneuploidi
|
Formula
Kromosom
|
Perangkat
Kromosom Didasarkan atas Set Kromosom Haploid ABC
|
Tetrasomik
|
2n+2
|
AAAA BB CC atau AA
BBBB CC atau AA BB
CCCC
|
Pentasomik
|
2n+3
|
AAAAA BB CC atau AA
BBBBB CC atau AA BB
CCCCC
|
dan
seterusnya
|
Mutasi
Akibat Perubahan Kromosom Seks
Nondisjungsi
kromosom-kromosom seks mengakibatkan sejumlah sindroma yang berbeda-beda.
Kondisi monosomis satu-satunya yang ditemukan dapat hidup, adalah yang
menyangkut kromosom X.
Aneuploidi
Kromosom Seks pada Manusia
Fenotipe
Seks
|
Fertilitas
|
Jumlah
Badan
Barr
|
Konstitsi Kromosom Seks
|
|
Laki-laki normal
|
Pria
|
+
|
0
|
XY
|
Wanita normal
|
Wanita
|
+
|
1
|
XX
|
Sindrom Turner
|
Wanita
|
-
|
0
|
XO
|
Sindrom Klinefelter
|
Pria
|
-
|
1
|
XXY
|
Sindrom XYY
|
Pria
|
+
|
0
|
XYY
|
Sindrom tripel X
|
Wanita
|
![]() |
2
|
XXX
|
Sindrom tripel X-Y
|
Pria
|
-
|
2
|
XXXY
|
Sindrom tetra X
|
Wanita
|
?
|
3
|
XXXX
|
Sindrom tetra X-Y
|
Pria
|
-
|
3
|
XXXXY
|
Sindrom penta X
|
Wanita
|
?
|
4
|
XXXXX
|
Aneuploidi pada Manusia
Sebagian
besar makhluk hidup adalah diploid sehingga selama pembentukan gamet
(gametogenesis) berlangsung meiosis. Pasangan kromosom di dalam oogium atau
spermatogonium yang berada dalam keadaan normal akan memisah sehingga gamet
memiliki separuh dari jumlah kromosom yang dimiliki induk. Tetapi, karena
pengaruh tertentu, pasangan kromosom itu bisa gagal memisah sehingga tetap
berkumpul sebagai pasangan (nondisjunction
= gagal berpisah), yang kebanyakan dipengaruhi oleh umur individu.
Jumlah
kromosom pada genom manusia adalah 2n = 46, yang terdiri dari 22 pasang autosom
(22AA atau 44A) dan 2 kromosom seks ( XX
atau XY). Kadang terjadi gagal berpisah pada saat pembentukan gamet sehingga
terbentuk mutan. Beberapa mutan manusia yang terjadi akibat nondisjuntion, sebagai berikut :
1.
Sindrom
Turner
Kondisi
monosomis, yang digambarkan sebagai XO. Manusia dengan sindrom Turner memiliki kromosom berjumlah 45, yaitu
22 AA + X. Sindrom ini terjadi karena ovum normal berkromosom X dibuahi
spermatozoa nondisjunction yang tidak
berkromosom sex. Sindrom Turner terjadi pada setiap 1 dari 3.000 wanita. Gangguan
kesehatan yang sering dialami adalah gangguan ginjal, tekanan darah tinggi,
jantung, diabetes, katarak, dan kelebihan berat badan. Kelainan ini ditemukan
pertama kali oleh H.H Turner pada
tahun 1938. Ciri-ciri :
- Berkelamin wanita, namun tidak memiliki ovarium
- Alat kelamin bagian dalam terlambat dalam
perkembangannya (infantil) dan tidak sempurna
- Steril dan mempunyai gonad-gonad yang
abnormal (disgenesis gonadal)
- Kedua puting susu berjarak melebar
- Payudara tidak berkembang
- Badan cenderung pendek (kurang lebih 120 cm)
- Dada lebar
- Leher pendek
- Mempunyai gelambir pada leher
- Mengalami keterbelakangan mental
Diagram berikut menggambarkan cara
perolehan gamet-gamet O (gamet-gamet yang kehilangan kromosom seks) yang dapat
menghasilkan individual dengan sindrom Turner, dapat dihasilkan dari
nondisjungsi kromosom seks.
Pada kedua kasus, jika gamet O, atau nullisomis,
terlibat dalam fertilisasi dengan gamet yang mengandung X dari orang tua
lainnya, zigot yang dihasilkan adalah XO. Meskipun monosomi kromosom X
merupakan penyimpangan yang paling lazim yang berhubungan dengan disgenesis
gonadal, kariotipe sejumlah penderita sindrom Turner yang telah diteliti,
memperlihatkan jumlah kromosom yang normal, tetapi mempunyai kromosom seks yang
abnormal.
2.
Sindrom Wanita Super
Manusia dengan sindrom Wanita Super memiliki kromosom
berjumlah 47, yaitu 22 AA + XXX. Sindrom ini terjadi karena ovum hasil nondisjunction yang berkromosom XX dibuahi
sperma normal berkromosom X. Ciri-ciri :
-
Pada umur 22 ia mempunyai alat kelamin luar seperti kepunyaan bayi.
-
Alat kelamin dalam dan payudara tidak berkembang
-
Memiliki tingkat kecerdasan yang bervariasi, mulai normal hingga subnormal
-
Menstruasi sangat tidak teratur
-
Umumnya penderita lebih tinggi dari perempuan umumnya
-
Berat badan penderita tersebut tidak sebanding dengan tingginya
-
Berkelamin wanita
3.
Sindrom Klinefelter
Manusia dengan sindrom Klinefelter memiliki kromosom
berjumlah 47, yaitu 22 AA + XXY atau 44 A + XXY. Sindrom ini dapat terjadi
karena ovum hasil nondisjunction yang
berkromosom XX dibuahi oleh spermatozoa normal berkromosom Y dan jika sperma
dari nondisjungsi membuahi suatu telur yang mengandung X normal. Kelainan ini
ditemukan oleh H.F. Klinefelter
(1942). Ciri-ciri :
-Bulu badan tidak tumbuh
-Payudara tumbuh
-Testis mengecil saat masa pubertas
-Steril
-Bertubuh tinggi
-Berkelamin laki-laki tetapi cenderung bersifat kewanitaans
-Dada sempit dan pinggul lebar
-Mental terbelakang
Zigot-zigot pada tiap kasus akan menjadi sebagai berikut :
Ketidak seimbangan dalam jumlah kromosom seks mengakibatkan
suatu seri kelainan-kelainan yang dikenal sebagai sindrom Klinefelter.
4.
Sindrom Jacobs
Manusia dengan sindrom Jacobs mempunyai kromosom berjumlah
47, yaitu 22 AA + XYY. Sindrom ini dapat terjadi akibat nondisjunction kromatid-kromatid Y pada meiosis II yang
menghasilkan satu spermatid dengan kromosom YY dan satu spermatid tanpa
kromosom sex. Jika terjadi pembuahan antara ovum normal berkromosom X dengan
spermatozoa berkromosom YY, akan menghasilkan individu dengan sindrom Jacobs.
Kelainan ini ditemukan oleh P.A. Jacobs
pada tahun 1965. Ciri-ciri :
-Berperawakan tinggi
-Berkelamin laki-laki
-Pria betubuh normal
-Bersifat antisosial
-Perilaku kasar dan agresif
-Wajah menakutkan
-Mmeperlihatkan watak kriminal
-IQ di bawah normal (80-95)
Penelitian di berbagai penjara di luar negeri menyatakan
bahwa di antara narapidana yang tergolong sebagai pembunuh, perambok, atau pemerkosa,
tidak sedikit yang memiliki kromosom kelamin XYY. Studi ini menunjukkan bahwa
persentasi yang relatif besar (3%) dari penghuninya adalah XYY. Hubungan antara
tingkah laku antisosial dan kondisi XYY digunakan orang untuk pembelaan dalam
beberapa kasus kejahatan kekerasan pada tahun 1960-an. Karena konstitusi
genetisnya, beberapa terdakwa dikatakan agresif tak terkendali dan sebab itu
tidak bertanggung jawab atas perbuatannya.
5.
Sindrom Edwards
Manusia dengan sindrom Edwards memiliki kromosom berjumlah
47, yaitu 45 A + XX atau 45 A + XY.
Sindrom ini terjadi karena trisomi atau kelebihan satu autosom pada kromosom
nomor 18 (nondisjunction pada saat
ovulasi). Ciri-ciri :
-Berumur pendek (rata-rata berumur 6 bulan)
-Bentuk kepala panjang
-Bentuk muka khas
-Jari tangan tumpang tindih
-Pola sidik jari sederhana
-Dada pendek dan lebar
-Kelainan pada jantung dan ginjal
-Telinga dan rahang bawah kedudukannya rendah
-Mulut kecil
-Mental terbelakang
-Umumnya hanya mencapai umur 6 bulan
6.
Sindrom Patau
Manusia dengan sindrom Patau memiliki kromosom berjumlah 47
dengan kariotipe 45 A + XX atau 45 A + XY. Sindrom ini terjadi karena terjadi
trisomi pada kromosom nomor 13. Trisomi mungkin dapat terjadi pada kromosom
nomor 13, 14, atau 15. Ciri-ciri :
-Berumur
pendek (rata-rata berumur 3 bulan)
-Polidoktil
(banyak jari)
-Otak
lebih kecil
-Keterbelakangan
mental
-Bibir
bercelah (sumbing)
-Kelemahan
pada jantung
-Kelainan
usus, otak, ginjal
7.
Sindrom Down
Manusia dengan sindrom Down memiliki kromosom 47 dengan
kariotipe 45 A + XX atau 45 A + XY. Terjadi karena adanya trisomi pada kromosom
nomor 21. Adanya suatu ekstra kopi salah satu kromosom yang terkceil pada
trisomi 21, mengakibatkan aneka ragam kelainan dalam hampir setiap bagian
tubuh, berbeda dalam kombinasi dan derajat keparahnnya dari satu pasien ke
pasien lain. Berdasarkan tingkat kecerdasannya, penderita sindrom Down dapat
dibedakan menjadi idiot (IQ 24), imbisil (IQ 25-49), dan debil (IQ 50-69).
Wanita dengan sindrom Down masih dapat menghasilkan ovum, namun jika dibuahi,
kemungkinan besar akan menghasilkan anak dengan sindrom yang sama. Kelainan ini
ditemukan oleh J. Langdon Down pada
tahun 1866. Ciri-ciri :
-Kaki pendek
-Fertil
-Mata sipit
-Berjalan lambat
-Menderita kelainan jantung
-Pertumbuhan tubuh dan mental agak lambat
-Berumur pendek (rata-rata hingga 16 tahun)
Salah
satu karakteristik yang paling konstan yang menyebabkan para dokter dapat
mengenali Sindrom Down pada anak yang masih sangat muda, bahkan pada bayi yang
baru lahir, adalah garis-garis pada telapak kedua-dua tangannya yang dikenal
dengan sidik dermatoglifik. Tanpa
mendalami lebih jauh, adanya “lipatan simia” (“simian crease”) dan suatu
kecenderungan untuk setiap jari mempunyai satu bulatan pada ujung jari yang
berbentuk lingkaran-lingkaran dan lengkungan-lengkungan, membedakan anak
penderita Down dari anak normal.
Kejadian
Sindrom Down meningkat secara dramatis dengan usia si ibu. Peningkatan ini
disangka sebagai akibat umur sel telur yang difertilisasi untuk menjadi zigot.
Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi
gamet-gamet baru selama hidupnya. Sebab itu, jika seorang wanita berumur 45
tahun, sel-sel telurnya juga berumur 45 tahun. Peningkatan umur disangkat
mengakibatkan tendensi bagi terjadinya penyimpangan meiosis tertentu, yang
disebut nondisjungsi. Ditemukan bahwa
korelasi antara kejadian Sindrom Down dan umum bapak adalah kecil.
8.
Sindrom Y
Zigot yang mempunyai kromosom 22 AA + Y, bersifat letal dan
menyebabkan kematian pada individu.
9.
Hermafrodit
Manusia hermafrodit memiliki kromosom XX dan XY dalam sel
tubuhnya sehingga memiliki kariotipe 22 AA + XX + XY. Manusia hermafrodit
memiliki ovarium dan testis. Secara normal,ari kecua perangkat itu tidak
berkembang, bergantung pada genotipe kromosom-kromosom seks individual itu.
Oleh sebab-sebab yang tidak diketahui, kedua perangkat berkembang
sebagian-sebagian pada hermafrodit, banyak dari mereka mempunyai kelengkapan
kromosom seks yang genetis normal. Hal ini dapat terjadi karena nondisjunction yang berlangsung dua kali
pada beberapa sel dalam spermatogenesis. Hermafrodit juga dapat terjadi jika
oosit sekunder dibuahi oleh dua macam sperma, yaitu satu sperma berkromosom X
dan satu sperma berkromosom Y.
Beberapa
hermafrodit memperlihatkan adanya sel-sel yang mengandung kedua-dua kromosom XX
dan XY, suatu kondisi yang dinyatakan sebagai mosaikisma genetis.
Delesi pada Manusia
1.
Sindrom Wolf
Sindrom Wolf terjadi karena delesi atau hilangnya sebagian
lengan pendek kromosom nomor 4. Ciri-ciri :
-Pangkal hidung menonjol
-Bibir sumbing
-Pertumbuhan lambat
-Keterbelakangan mental
-Memiliki kelainan jantung
2.
Tumor Wilms
Suatu penghapusan dalam kromosom 11 disangka mempunyai
hubungan’
yang kuat dengan pengembangan tumor
Wilms, semacam kanker jaringan ginjal pada anak-anak. Sejalan dengan
pembentukan tumor ini, banyak terdapat kejadian aniridia, suatu istilah medis bagi orang-orang yang mempunyai mata
tanpa iris. Meskipun oleh adanya penghapusan ini, kebanyakan anak menderita
tumor Wilms, namun tidak semuanya menderita, dan jika mereka terbebas dari
kanker ini sewaktu anak-anak, kanker ini tidak akan berkemang pada orang-orang
dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa mungkin ada faktor-faktor genetis lain atau
lingkungan yang memegang peran dalam pengembangan penyakit ini.
No comments:
Post a Comment