Konsep Dasar
Bioteknologi
Bioteknologi
berasal dari kata bios (hidup), teknos (penerapan), dan logos (ilmu). Bioteknologi adalah usaha terpadu
dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti mikrobiologi, genetika,
biokimia, sitologi, dan biologi molekuler untuk mengolah bahan baku dengan
bantuan mikroorganisme, sel, atau komponen subselulernya yang diperoleh dari
tumbuhan atau hewan sehingga menghasilkan barang dan jasa.
Pemanfaatan
mikroorganisme (misalnya bakteri dan kapang), sel tumbuhan, dan sel hewan
merupakan ciri bioteknologi.
Tiga
aspek pokok dalam bioteknologi, yaitu :
1. agen bioteknologi (mikroorganisme, enzim, sel
tumbuhan, dan sel hewan)
2. pendayagunaan secara teknologi dan industrial
3. produk dan jasa yang diperoleh
Dalam
bioteknoogi, mikroorganisme merupakan agen biologi yang paling banyak
digunakan. Mikroorganisme yang digunakan dalam bioteknologi adalah virus,
bakteri, jamur, alga, dan Protozoa.
Beberapa
alasan mikroorganisme dijadikan subjek utama pada berbagai proses bioteknologi,
yaitu :
1. Perkembangannya sangat
cepat
2. Mudah diperoleh dari
lingkungan sekitar kita
3. Sifatnya tetap
4. Sifat mikroorganisme dapat
dimodifikasi atau diubah dengan cepat oleh para ahli melalui teknik rekayasa
genetika sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan yang diinginkan
5. Dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia yang tidak bergantung pada musim atau kondisi iklim lingkungannya selama mereka dibiakkan pada sistem tertutup
5. Dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia yang tidak bergantung pada musim atau kondisi iklim lingkungannya selama mereka dibiakkan pada sistem tertutup
Beberapa
peranan mikroorganisme di berbagai bidang meliputi peranan mikroorganisme dalam
produksi bahan pangan, peranan mikroorganisme dalam bidang farmasi atau
kedokteran, peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian, peranan
mikroorganisme dalam mengatasi masalah pencemaran, dan peranan mikroorganisme
dalam pemisahan logam dan bijihnya.
Sejarah
Bioteknologi
Bioteknologi secara sederhana sudah
dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang
teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal
sejak abad ke-19. Prinsip dasar upaya pembuatan makanan tersebut pada umumnya
sama, yaitu sejumlah bahan dasar didedahkan (exposure) ke jasad renik
tertentu yang akan mentransformasikan bahan dasar (anggur, barley, susu atau
gandum) menjadi produk yang diinginkan.
Perkembangan
bioteknologi dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1.
Periode
bioteknologi tradisional
(bioteknologi konvensional)
Pada periode ini,
merupakan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme secara langsung dan
belum tahu adanya penggunaan enzim. Proses pembuatan makanan dengan teknik
konvensional ini masih sangat sederhana dan hanya dilakukan dalam skala kecil.
Manusia belum melakukan penelitian secara ilmiah bahwa pada peristiwa
fermentasi yang mengubah bahan dasar menjadi bahan makanan yang lebih tahan
lama, merupakan hasil dari proses metabolisme mikroorganisme. Pada periode ini,
belum ada penelitian mengenai fenomena yang terjadi, karena semua berawal dari
ketidaksengajaan.
Periode ini
ditandai dengan adanya peristiwa sebagai berikut :
· Pada
masa 8000 SM, bangsa Babilonia, Mesir dan Romawi telah mengenal cara bercocok
tanam yang baik dengan cara pengumpulan dan pemilihan benih untuk ditanam.
Selain itu, di bidang peternakan, mereka telah mengembangbiakkan hewan ternak
secara selektif untuk peningkatan kualitas ternak.
· Pada masa 6000 SM, manusia
mengetahui cara membuat minuman bir dan anggur menggunakan teknik fermentasi.
Selain itu, juga membuat roti dengan bantuan ragi.
· Pada masa 4000 SM, bangsa Tionghoa
telah membuat yogurt dan keju dari susu dengan bakteri asam laktat.
· Pada masa 1500 SM, bangsa Aztec
memanfaatkan gangga sebagai sumber makanan.
2.
Periode
bioteknologi ilmiah
Pada perkembangan bioteknologi selanjutnya, manusia mulai
menyadari bahwa fenomena yang terjadi pada proses fermentasi tidak terjadi
dengan sendirinya. Oleh karena itu, rasa ingin tahu mendorong mereka untuk
melakukan penelitian yang menggunakan prinsip-prinsip ilmiah.
Periode bioteknologi ilmiah ditandai dengan munculnya banyak
penelitian ilmiah dalam berbagai bidang, antara lain yaitu :
·
Pada
tahun 1665, penemuan sel oleh Robert
Hooke pada sayatan gabus yang diamati dengan mikroskop sederhana.
·
Pada
tahun 1670, pemanfaatan mikroba dalam usaha penambangan tembaga di Rio Tinto,
Spanyol
·
Pada
tahun 1686, ditemukan lensa mikroskop yang lebih maju oleh Antony Van Leeuwenhoek yang dapat digunakan untuk melihat mikroba.
Karena penemuannya tersebut, Antony menjadi manusia pertama yang melihat
mikroba. Setelah penemuan lensa mikroskop tersebut, penelitian tentang
mikroorganisme semakin berkembang pesat.
·
Tahun
1800, Nikolai I. Vavilov menciptakan
penelitian yang komprehensif tentang perkembangbiakan hewan.
·
Tahun
1856 - 1865, Gregor Mendel mengawali
penelitian genetika tumbuhan dengan menggunakan tanaman kacang ercis. Pada
akhirnya dari penelitian tersebut Mendel menemukan hukum pewarisan sifat induk
pada turunannya.
·
Tahun
1870, ditemukannya mikroba dalam makanan dan minuman oleh Louis Pasteour, yang merupakan awal berkembangnya bidang
mikrobiologi.
·
Tahun
1890, ditemukannya alkohol yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.
·
Tahun
1897, ditemukannya enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula menjadi
alkohol oleh Eduard Buchner.
·
Tahun 1912 - 1915, pada tahun inilah ditemukan
teknik pengelolahan limbah dengan menggunakan mikroba. Selain itu, mulai
ditemukan pula produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan
bakteri.
·
Tahun
1919, mulailah digunakan kata “bioteknologi” oleh seorang insinyur
berkebangsaan Hongaria bernama Karl
Ereky.
·
Tahun
1928, merupakan tahun ditemukannya zat antibiotik “penisillin” oleh Alexander Fleeming.
·
Tahun
1953, ditemukannya struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick dan Watson
·
Pada
tahun 1994, mulailah diproduksi penisillin dalam jumlah besar
3.
Periode
bioteknologi modern
Perkembangan bioteknologi modern berdasarkan atas hasil
penelitian ilmiah diketahui orang berupaya dapat menghasilkan produk secara
efektif dan efisien.
Periode bioteknologi modern diawali dengan perkembangan
pesat dalam bidang genetika, yaitu:
·
Teknik
rekayasa genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa genetik dimulai dengan
penemuan enzim endonuklease restriksi oleh Dussoix
dan Boyer. Adanya enzim tersebut
memungkinkan kita dapat memotong DNA pada posisi tertentu, mengisolasi gen dari
kromosom suatu organisme, dan menyisipkan potongan DNA lain yang dikenal dengan
teknik DNA rekombinan.
·
Setelah
penemuan enzim endonuklease restriksi, pada tahun 1976 dimulai program
bahan bakar alkohol dari Brazil dan teknologi hibridoma yang menghasilkan
antibodi monoklonal.
·
Pada
tahun 1980, Rank Hovis Mc. Dougall
diberikan izin untuk memasarkan produk jamur yang dapat dikonsumsi oleh
manusia.
·
Peran
teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan diizinkannya
penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk pengobatan penyakit
diabetes di Amerika Serikat pada tahun 1982. Insulin buatan tersebut diproduksi
oleh perusahaan Eli Lilly Company.
·
Pada
tahun 2000-2005, proyek genom manusia dimulai dan berhasil dilakukan, sehingga
peta genom manusia dapat dibuat secara utuh. Hingga saat ini, penelitian dan
penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik terus dilakukan. Misalnya
dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk hidup.
Jenis-Jenis
Bioteknologi
Bioteknologi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.
1. Bioteknologi
Konvensional
Bioteknologi
konvensioal sebenarnya sudah dikenal sejak lama, yaitu pada pengolahan makanan
dan minuman secara fermentasi. Bioteknologi konvensioanl umumnya ditandai
dengan penggunaan agen biologi mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan secara
langsung untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang diinginkan tanpa adanya
modifikasi pada agen biologi tersebut serta pengerjaannya secara sederhana
(mudah). Salah satu bentuk bioteknologi konvensional yang umum adalah
produk-produk yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroorganisme
seperti bakteri dan jamur.
a. Tempe
Tempe
adalah makanan asli Indonesia yang sudah dikenal secara luas oleh penduduk
Indonesia terutama penduduk di Pulau Jawa, Tempe merupakan makanan yang
memiliki kandungan protein yang tinggi.
Tempe
merupakan produk hasil fermentasi kapang Rhizopus
sp. Bahan atau substratnya adalah kedelai.
Pada
proses pembuatan tempe terjadi dua tahap fermentasi, yaitu fermentasi satu
(awal) dan fermentasi dua (utama). Fermentasi satu dilakukan dengan merendam
kacang kedelai di dalam air, sedangkan fermentasi dua dilakukan oleh kapang Rhizopus sp.
b. Oncom
Oncom
adalah makanan khas penduduk Jawa Barat. Proses pembuatan oncom mirip dengan
proses pembuatan tempe, dengan perbedaan pada bahan yang difermentasi, jenis
agen biologi yang memfermentasi, dan lama fermentasi dimana oncom dinyatakan
siap untuk dijual saat kapang telah menghasilkan spora sementara tempe siap
dijual saat spora baru membentuk hifa (belum dihasilkan spora). Terdapat dua
jenis oncom yang dapat ditemukan di pasar, yaitu oncom merah dan oncom hitam.
Oncom merah dihasilkan dari hasil fermentasi oleh Neurospora sitophila atau Neurospora
intermedia sedangkan oncom hitam dihasilkan dari hasil fermentasi oleh
kapang tempe, Rhizopus oligosporus
atau Mucor sp. Tidak seperti tempe
yang menggunakan bahan baku segar, bahan baku pembuatan oncom adalah limbah
sisa produksi yang masih memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
Oncom
merah dibuat dari fermentasi bungkil tahu (kedelai yang telah diambil
proteinnya pada proses pembuatan tahu) sedangkan oncom hitam berasal dari
bungkil kacang tanah (kacang tanah yang telah diambil minyaknya) yang dicampur
oleh ampas singkong (onggok) atau tepung singkong (tapioka).
c. Kecap
Kecap
merupakan makanan fermentasi dengan bahan baku kedelai rebus dan gula merah.
Mikroorganisme yang berperan dalam pembuatan kecap adalah Aspergillus wentii.
d. Keju
Mikroorganisme
yang digunakan untuk membuat keju adalah kelompok bakteri asam laktat yang
berfungsi memfermentasi laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Bakteri asam
laktat yang biasa digunakan adalah Lactobacillus
bulgaricus, Lactobacillus lactis, dan Streptococcus.
Proses
pembuatan keju diawali dengan memanaskan susu sampai suhunya mencapai 90oC,
kemudian didinginkan sehingga suhunya menjadi 30°C. Selanjutnya diinokulasikan
(ditanam) bakteri asam laktat. Adanya aktivitas dari bakteri tersebut
mengakibatkan turunnya pH dan susu terpisah menjadi dadih padat dan cairan
whey, proses yang dikenal dengan istilah pendadihan. Kemudian enzim renin dari
lambung sapi muda (sekarang diganti dengan enzim buatan yaitu kimosin)
ditambahkan untuk menggumpalkan dadih.
Dadih
padat yang terbentuk selanjutnya dipanaskan hingga suhu 32° - 42°C sambil
ditambah garam. Sedangkan whey yang didapatkan digunakan sebagai campuran
makanan ternak atau diolah lebih lanjut menjadi jenis keju lainnya. Dadih yang
telah dipanaskan dan dicampur garam kemudian ditekan untuk membuang air dan
disimpan supaya matang. Penyimpanan bertujuan juga supaya mikroorganisme dan
enzim yang bekerja dapat menghasilkan cita rasa keju. Makin lama disimpan,
makin tinggi derajat keasamannya dan makin tajam cita rasanya.
Berdasarkna
kepadatannya, keju digolongkan menjadi empat jenis, yaitu :
1) Keju sangat
keras, contohnya keju romano dan keju parmeson
2) Keju keras,
contohnya keju cheddar, keju gruyer, dan keju Swiss. Keju ini difermentasikan oleh
bakteri asam laktat (Propionibacterium
shermanii) yang tumbuh secara anaerob. Di dalam keju gruyer dan keju Swiss,
terbentuk lubang-lubang karena adanya CO2 yang dihasilkan oleh
bakteri.
3) Keju setengah
lunak, contohnya keju requefort (keju biru) yang fermentasinya dilakukan oleh
jamur Penicillium roqueforti.
Struktur keju ini tidak padat sehingga dapat meningkatkan tumbuhnya jamur
secara optimal. Pertumbuhan jamur di dalam keju tampak seperti gumpalan biru
kehijauan.
4) Keju lunak,
contohnya keju camembert yang difermentasikan oleh jamur Penicillium camemberti. Keju ini diproses di dalam paket atau
ruang-ruang kecil sehingga jamur dapat tumbuh secara aerob di permukaan keju
kemudaian menyebar ke bagian dalam.
e. Yoghurt
Pembuatan yoghurt diawali dengan
pasteurisasi susu, kemudian sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang
digunakan adalah bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus
camemberti.
Kedua
bakteri tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah yang sama, kemudian
disimpan pada suhu 95°C selama 5 jam. Penyimpanan ini menyebabkan terjadinya
aktivitas bakteri sehingga mengakibatkan turunnya pH menjadi 4,0. Setelah
proses ini, susu didinginkan dan yoghurt siap untuk dikonsumsi. Apabila
yoghurtnya ingin mempunyai rasa buah-buahan maka dapat ditambahkan cita rasa
buah.
f. Minuman
beralkohol
Minuman
beralkohol misalnya anggur, bir, dan minuman keras beralkohol tinggi. Pada
pembuatan minuman beralkohol dibutuhkan mikroorganisme.
1)
Anggur
Anggur dapat
dibuat dari buah anggur atau buah lainnya. Apabila dibuat dari buah anggur maka
dapat langsung difermentasi oleh mikroorganisme karena buah anggur mengandung
banyak gula, sedangkan apabila dibuat dari buah lainnya maka sebelum
difermentasi oleh mikroorganisme harus ditambahkan gula terlebih dahulu.
2) Bir
Bir dibuat dari biji-bijian sereal seperti gandum. Pembuatannya
melibatkan proses penumbukan atau penggilingan dan fermentasi. Pada
fermentasinya dibantu oleh khamir
3) Minuman keras beralkohol
tinggi
Contoh minuman keras beralkohol tinggi adalah wiski, vodka, dan
rum. Ketiga jenis minuman tersebut dibuat dari biji-biji sereal, di samping itu
dapat juga dibuat dari kentang dan sirop atau tetes tebu. Bahan-bahan tersebut
difermentasi sehingga dihasilkan alkohol, kemudian alkohol disuling untuk
menghasilkan alkohol berkadar tinggi.
g. Roti
Pada
pembuatan roti, mikroorganisme yang digunakan adalah khamir Saccharomyces
cerevisiae. Proses pembuatannya diawali dengan memecah biji-biji sereal untuk dijadikan
tepung terigu. Kemudian terigu ditambah air untuk mengaktifkan enzim-enzim
misalnya amilase dan maltase. Amilase berperan untuk mengubah tepung menjadi
maltosa, sementara maltase berperan dalam menghidrolisis maltosa menjadi
glukosa. Glukosa yang dihasilkan dimanfaatkan oleh khamir sebagai substrat
untuk proses repirasi. Karbon dioksida yang dihasilkan melalui proses respirasi
oleh khamir membentuk gelembung-gelembung yang terperangkap pada adonan roti
sehingga roti mempunyai struktur ringan dan mengembang.
Pada saat
roti dipanggang di dalam oven, panas yang dihasilkan akan membunuh khamir dan
adonan roti akan mengembang serta ukurannya menjadi lebih besar. Roti yang
dihasilkan akan berwarna kuning dan lembut.
h. Protein Sel Tunggal (PST)
Mikroorganisme
selain berperan pada proses fermentasi, juga dapat dimanfaatkan biomassanya.
Beberapa jenis mikroorganisme merupakan sumber protein. Protein yang
dihasilkannya disebut protein sel tunggal (PST).
Beberapa
mikroorganisme yang efektif untuk membuat PST antara lain Chlorella, Spirulina, Candida utilis, dan Fusarium gramineaum. PST yang berupa miselium jamur sering disebut
mikroprotein. Mikroprotein banyak mengandung protein dan serat dengan kandungan
kolestrol yang rendah sehingga merupakan makanan yang menyehatkan. Di Amerika Serikat,
mikroprotein telah diproduksi secara komersial.
Mekanisme
kerja untuk memproduksi PST, yaitu:
1) Penyediaan substrat (sumber makanan)
yang mengandung nitrogen, fosfor, dan unsur-unsur lainnya.
2) Sterilisasi
3) Pembiakan mikroorganisme
penghasil PST
4)
Pemanean dengan memisahkan biomassa mikroorganisme dari cairan fermentasi
5) Pemurnian hasil panen
PST mempunyai beberapa
kelebihan sehingga banyak dibudidayakan secara massal sebagai bahan makanan
alternatif. Beberapa kelebihan dari PST, yaitu :
1) Laju pertumbuhan
mikroorganisme sangat cepat
2) Substratnya bermacam-macam
3) Produksinya tidak
tergantung pada iklim dan musim
4)
Kandungan proteinnya lebih tinggi dibandingkan kandungan protein pada hewan dan
tumbuhan
Produk PST
yang terkenal adalah Pruteen. Pruteen adalah sel-sel bakteri yang dikeringkan
dan dimanfaatkan sebagai makanan ternak, mengandung 80% protein dan sejumlah
vitamin. Proses pembuatan pruteen menggunakan media dari limbah methanol.
Sejumlah bakteri jenis Methylophilus methylotrophus mampu hidup dengan baik di
dalamnya. Pruteen tidak berbahaya bagi ternak, tetapi dapat menimbulkan gout
pada manusia. Hal ini karena PST banyak mengandung asam inti. PST yang banyak
mengandung asam inti sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan
manusia juga berasal dari produk ragi seperti Saccharomyces cereviceae, Candidi
utilis, dan Torula utilis.
i. Mentega
Mentega dibuat dengan bahan dasar
susu (krim/ kepala susu) dengan menggunakan cara bakteri asam laktat yaitu Streptococcus lactis dan Leuconostoc cremonis. Proses pembuatan
mentega diawali dengan penanaman (inokulasi) bakteri asam laktat pada susu
skim. Bakteri ini akan memfermentasikan susu skim dalam waktu minimal 12 jam
dan akan menjadi asam laktat dan diasetil. Langkah selanjutnya adalah
mendinginkan susu (dimasukan lemari es) kemudian dibungkus (packing).
j. Makanan probiotik dan prebiotik
Makanan
probiotik adalah makanan yang mengandung mikroorganisme yang tidak merugikan
bagi tubuh, apabila dikonsumsi justru akan menjaga keseimbangan mikroorganisme
pada saluran pencernaan. Contoh makanan ini adalah Yakult, Yoghurt, dan makanan
sejenisnya. Sedang makanan prebiotik adalah makanan yang banyak mengandung
serat yang akan menjadi sumber makanan bagi organism probioik yang terdapat di
dalam tubuh manusia, sehingga pertumbuhan mikroorganisme probiotik dapat
berlangsung dengan baik dan menggeser mikroorganisme yang tidak menguntungkan
bagi tubuh. Selain itu, serat ternyata bermanfaat juga membantu pencernaan
dalam memacu gerak peristaltic usus dan penyerapan air dalam kolon. Contohnya
kelompok makanan ini adalah Nata de coco,
vegeta, dan agar-agar.
Nata
de coco adalah jenis makanan hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinium, yang berupa selulosa. Makanan ini berbahan
dasar air kelapa. Gula dalam air kelapa digabungkan oleh bakteri menjadi
homopolimer sehingga menjadi selulosa. Selulosa dalam makanan manusia banyak
dkenal sebagai serat. Nata de coco
merupakan makanan berserat dan sangat baik untuk kesehatan manusia, biasanya
makanan ini digunakan dalam berbagai macam bentuk minuman. Nata tidak hanya
dibuat dari aiar kelapa saja, tetapi dapat juga dibuat dari ekstrak buah-buahan
seperti, mangga, anggur, semangka, salak, bahkan dari limbah cair dari proses
pembuatan tahu.
Produk makanan bioteknologi lainnya
No.
|
Produk Makanan
|
Mikroorganisme
|
Bahan Baku
|
Negara yang memproduksi
|
1.
|
Keju
mozzarella
|
Streptococcus
thermophilus
|
Susu sapi/
kerbau
|
Italia
|
2.
|
Taete
|
Streptococcus
lactis var.taette
|
Susu
|
Skandivania
|
3.
|
Kefir
|
Streptococcus
lactis, Lactobacillus bulgaricus dan Candida sp
|
Susu sapi
dan susu kambing
|
Rusia
|
4.
|
Krim asam
|
Streptococcus
lactis dan Lactobacillus lactis
|
Susu skim
|
Seluruh
dunia
|
5.
|
Koumis
|
Lactobacillus
bulgaricus
|
Susu domba
dan susu kuda
|
Rusia
|
6.
|
Sosis
|
Pediococcus
cerevisiae
|
Daging sapi
dan daging babi
|
Eropa dan
Amerika Serikat
|
7.
|
Saus ikan
(petis)
|
Lentibacillus
halaphilus
|
Ikan kecil
|
Asia
Tenggara
|
8.
|
Izushi
|
Lactobacillus
sp.
|
Ikan segar,
beras, dan sayuran
|
Jepang
|
9.
|
Roti idli
|
Leuconostoc
mesenteroides
|
Tepung
beras dan kacang
|
India
Selatan
|
10.
|
Tauco
|
Aspergillus
oryzae
|
Kacang
kedelai
|
Asia
|
11.
|
Miso
|
Aspregillus
oryzae dan Saccharomyces rouxii
|
Kacang
kedelai
|
Jepang
|
12.
|
Angkak
|
Monascus
purpureus
|
Beras
|
Cina
|
13.
|
Sufu (tofu)
|
Actinomucor
elegans, Mucor hiemalis, Mucor subtilissimus dan Mucor silvaticus
|
Kedelai
|
Cina,
Taiwan
|
14.
|
Oncom
|
Neurospora
sitophila
|
Bungkil
(ampas) tahu dan kacang
|
Indonesia
|
15.
|
Tapai
|
Saccharaomyces
cerevisiae, Chlamydomucor oryzae, Mucor sp., dan Saccharomyces verdomanii
|
Beras
ketan, singkong
|
Indonesia
|
16.
|
Brem
|
Saccharomyces
verdemanii, Chlamydomucor oryzae, dan Rhizopus oryzae
|
Beras ketan
|
Indonesia
|
17.
|
Sayur asin
|
Lactobacillus
cucumeris, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus pentoaceticus, dan
Leuconostoc mesenteroide
|
Sawi hijau
|
Seluruh
dunia
|
18.
|
Kol asam
(sauerkraut)
|
Leuconostoc
mesenteroides
|
Kubis (kol)
|
Jerman
|
19.
|
Poi (bubur
talas)
|
Lactobacillus
lactis
|
Umbi talas
|
Hawai
|
20.
|
Kimchi
|
Lactobacillus
kimchii
|
Kubis dan
sayuran lainnya
|
Korea
|
21.
|
Biji coklat
|
Candidia
krusei dan Geotrichum sp.
|
Buah coklat
(kakao)
|
Afrika dan
Amerika Selatan
|
22.
|
Biji kopi
|
Erwinia
dissolvens
|
Buah kopi
|
Brasil,
India, Hawai dan Kongo
|
23.
|
Sake
|
Saccharomyces
sake dan Saccharomyces cerevisiae
|
Padi
|
Jepang
|
24.
|
Ogi
|
Lactobacillus
plantarum, Lactobacillus lactis, dan Zygosaccharomyces rouxii
|
Jagung
|
Nigeria
|
Enzim yang diproduksi secara komersial melalui
fermentasi oleh mikroorganisme
No.
|
Nama enzim
|
Mikroorganisme
|
Pemanfaatan
|
1.
|
Amilase
|
Aspergillus niger
|
Melembutkan
adonan roti, mencega kekeruhan bir, dan membuat pemanis sirup dari tepung
jagung
|
Asprgillus oryzae
|
Produksi
kanji, lem, kertas, tekstil dan glukosa
|
||
Bacillus subtilis
|
Membantu
pencernaan makanan
|
||
2.
|
Selulase
|
Aspergillus niger
|
Industri
tekstil, detergen, kertas, farmasi, dan pengolahan kopi
|
3.
|
Laktase
|
Saccharomyces fragilis
|
Menghidrolisis
laktosa dalam susu skim serta mencega kristalisasi laktosa dalam es krim dan
susu kental manis
|
4.
|
Lipase
|
Aspergillus niger
|
Industri
lemak dan minyak serta menambah cita rasa keju
|
5.
|
Pektinase
|
Aspergillus niger
|
Untuk
pemecahan molekul pectin dalam industri minuman sari buah dan teh
|
6.
|
Penisilinase
|
Bacillus subtilis
|
Agen
diagnostik dalam farmasi
|
7.
|
Proteinase
(protease)
|
Aspergillus oryzae, Serratia marcescens, dan Bacillus subtilis
|
Pelunak
daging; dalam farmasi digunakan untuk membantu pencernaan makanan; sebagai
tambahan dalam detergen untuk memindahkan noda-noda protein saat pencucian
baju; serta menghilangkan rambut/bulu dan melunakkan kulit dalam industry penyamakan
|
Macam-macam Antibiotik
No.
|
Macam Antibiotik
|
Mikroorganisme Penghasil
|
1.
|
Penisilin
|
Pencillium notatum dan P. chryzogenum
|
2.
|
Griseofulvin
|
Penicillium griseofulvum
|
3.
|
Streptomisin
|
Streptomyces griceus
|
4.
|
Istamysin
|
Streptomisin tenji-mariensis
|
5.
|
Kloramfenikol
|
Streptomyces venezuelae
|
6.
|
Tetrasiklin
|
Streptomyces aureofaciens
|
7.
|
Kolistin
|
Bacillus colistinus
|
8.
|
Polimiksin
|
Bacillus polymyxsa
|
9.
|
Aminoglukosida
|
Jamur
Ascomycotina dan bakteri Pseudomonas dan Bacillus
|
10.
|
Makrolida
|
Ascomycotina
dalam fermentasi
|
11.
|
Soendesmis
|
Scendesmus sp.
|
2. Bioteknologi Modern
Bioteknologi modern
adalah jenis ilmu bioteknologi yang menggunakan alat– alat modern dan bersifat
sangat kecil sekali sehingga sulit untuk dilakukan di rumah– rumah. Bioteknologi modern memiliki ciri – ciri yaitu sudah memanfaatkan
teknologi DNA rekombinan. Contoh bioteknologi modern yaitu : bayi tabung, produksi hormon
pertumbuhan manusia (Growth Hormone), antibiotik, vaksin malaria, hormon BST, hewan transgenik, tanaman tahan hama, dan domba dolly.
Perbedaan bioteknologi konvensional
dengan bioteknologi modern.
No.
|
Perbedaan
|
Bioteknologi konvensional
|
Bioteknologi modern
|
1.
|
Mulai ada
|
Sejak awal peradaban manusia
|
Berkembang sejak ditemukannya struktur dan fungsi DNA
|
2.
|
Cara pemanfaatan
|
Menggunakan langsung hasil yang diproduksi oleh mikroorganisme, berupa
senyawa kimia atau bahan pangan tertentu yang bermanfaat bagi manusia
|
Menggunakan mikroorganisme, makroorganisme atau bagian-bagiannya untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerja genetik organisme yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia
|
3.
|
Peralatan dan teknologi yang digunakan
|
Menggunakan peralatan dan metode yang sederhana
|
Menggunakan peralatan modern dengan berbagai teknologi, misalnya
menggunakan mesin isolasi, teknologi hibridoma, kloning, rekayasa biokimia,
dan rekayasa genetika
|
4.
|
Proses dan hasilnya
|
Kurang steril, hasilnya sedikit (terbatas), dan kualitas belum
terjamin
|
Steril, mampu memproduksi banyak dalam waktu cepat, dan kualitas
terstandardisasi
|
5.
|
Contoh
|
Pembuatan tempe, tapai, tuak, roti, yoghurt, keju, dan nata de coco
|
Kultur jaringan, organisme transgenic, hewan hasil kloning, dan
insulin buatan
|
Rekayasa Genetik
Rekayasa genetik adalah suatu teknik
memanipulasi gen suatu organisme untuk memperoleh produk baru. Hal ini
dilakukan dengan cara membuat DNA rekombinan melalui penyisipan gen dengan
plasmid sebagai vektornya.Sering diartikan juga sebagai teknik pembuatan
DNA rekombian dengan memotong (digest),
memindahkan (transfer), dan
menyisipkan/ menyambung (ligasi) suatu gen yang diinginkan ke lingkungan
genetik baru.
Teknologi
rekayasa genetika ini dipacu oleh penemuan enzim endonukleasi restriksi dari Haemophilus influenza oleh Smith dan Wilcox tahun 1970. Penemuan ini, atas keberhasilan Paul Berg pada tahun 1971 yang berhasil
membuat DNA rekombinan pertama kali. Faktor – faktor yang
mendorong berkembangnya rekayasa genetika :
1. Ditemukannya
enzim pemotong DNA yaitu enzim restriksi endonuklease
2. Ditemukannya
pengatur ekspresi DNA yang diawali dengan penemuan operon laktosa pada
prokariota
3. Ditemukannya
perekat biologi yaitu enzim ligase
4. Ditemukannya
medium untuk memindahkan gen ke dalam sel mikroorganisme
Rekayasa
genetika pada tanaman mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan
produksi, peningkatan mutu produk supaya tahan lama dalam penyimpanan
pascapanen, peningkatan kandunagn gizi, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit tertentu (serangga, bakteri, jamur, atau virus), tahan terhadap
herbisida, sterilitas dan fertilitas serangga jantan (untuk produksi benih
hibrida), toleransi terhadap pendinginan, penundaan kematangan buah, kualitas
aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.
Pada rekayasa genetik, gen diseleksi sesuai dengan
sifat yang dikehendaki dan kemudian dikombinasikan dengan sumber yang berbeda,
contohnya bakteri Bacillus thuringiensis memiliki
gen yang dapat memproduksi racun bagi serangga. Melalui rekayasa genetik, gen ini dapat diambil dan
dicangkokkan pada DNA tanaman kapas sehingga tanaman ini memiliki kemampuan
untuk memproduksi zat racun bagi serangga.
Beberapa prosedur umum pada pelaksanaan rekayasa
genetika, yaitu :
1. Mengidentifiksi
gen yang diinginkan.
2.
Mengisolasi gen donor dengan
menghancurkan atau melisiskan semua sel yang mengandung gen yang ditargetkan,
kemudian dipisahkan dengan sentrifuge pada kecepatan tinggi dan ditambahkan
bahan kimia sehingga didapatkan DNA murni. Ada 3 macam sunber DNA yang daapt
diisolasi, yaitu sebagai berikut :
(a)
DNA dapat berasal dari total genom
organism yang diinginkan
(b)
DNA yang dibuat dari mRNA yang diisolasi
dari jaringan tertentu. DNA ini dapat dibuat dari mRNA dengan menggunakan enzim
reserve transcriptase.
(c)
DNA dibuat secara invitro dari
nukleotida dan enzim polimerase DNA
3. Mengekstraksi
plasmid sel bakteri.
4.
Membuka plasmid dan menyisipkan potongan
DNA pembawa informasi sesuai dengan yang dikehendaki : transfer DNA ke bakteri
yang hidup (clonning vektor : plasmid, bakteriofage atau kosmid) dapat dengan
cara, DNA asing dipaksakan berintegrasi dengan kromosom menjadi genom. Atau
dengan cara gen asing dapat dikembangkan menjadi suatu bagian yang outonom
molekul DNA yang sedang berkembang. Molekul DNA disebut sebagai vektor.
Penyambungan ini menggunakan enzim ligase.
5.
Memasukkan plasmid berisi DNA rekombinan
ke dalam sel bakteri (inang). Sel inang yang dipakai harus seaman mungkin dan
tidak bersifat patologis. Cara memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel inang
dapat dilakukan dengan cara transformasi, transfeksi, DNA packaging dan micro
injection.
6. Membiakkan
bakteri yang telah direkayasa di dalam tabung fermentasi.
Beberapa
unsur penting dalam pelaksanaan rekayasa genetika adalah plasmid, enzim, dan
transformasi.
1.
Plasmid
Plasmid yaitu molekul
DNA yang terdapat pada bakteri atau eukariot bersel satu, berbentuk kecil yang
dapat bereplikasi. Plasmid berfungsi sebagai vektor ( pembawa ) gen yang akan
disisipkan.
Alasan mengapa plasmid
sel bakteri merupakan jenis plasmid yang sering digunakan untuk rekayasa
genetika adalah susunan sel kimia sel bakteri telah diketahui dan dikuasai
sejak lama, kemampuan bekembang biak yang sangat tinggi, plasmid sel bakteri
mempunyai kemampuan untuk bereplikasi, dan plasmid sel bakteri mudah disisipkan
gen lain.
2.
Enzim
Enzim digunakan untuk
memotong DNA dan mengambil gen gen tertentu. Enzim ini dinamakan enzim retriksi
atau enzim pembatas, contohnya enzim endonuklease. Enzim ini berfungsi sebagai
gunting biologi. Setiap satu
enzim pembatas hanya mampu memotong gen pada tempat tempat tertentu, artinya
setiap pemotongan gen tertentu diperlukan enzim pembatas yang tertentu pula
Enzim
yang dapat menyambung kembali potongan potongan DNA disebut enzim ligase.
Adanya enzim retriksi dan ligase membuat pekerjan para ahli rekayasa lebih
mudah dalam memotong dan menyambungkan kembali DNA.
3.
Transformasi
Transformasi
adalah peindahan sifat sifat dari suatu mikroba ke mikroba lainnya melalui
bagian DNA tertentu dari mikroba satu ke mikroba lainnya. Salah satu contoh
rekayasa genetika adalah penggunaan bakteri sebagai plasmidnya sebagai
pembuatan insulin. Langkah-langkahnya adalah :
a. Sebuah
plasmid bakteri dan DNA yang mengandung gen insulin dari sel pancreas dipotong
dengan enzim endonuklease restriksi. Pemotongan urutan basa DNA plasmid sesuai
dengan urutan basa DNA dari sel pancreas
b. Fragmen
DNA gen insulin disambungkan pada plasmid menggunakan enzim DNA ligase sehingga
terbentuklah plasmid dengan rangkaian DNA rekombinan
c. Plasmid
rekombinan dimasukkan ke dalam sel bakteri sehingga diperoleh bakteri yang
mempunyai gen kromosom asli dan juga gen insulin
d. Bakteri
rekombinan dikembangbiakan sehingga diperoleh populasi bakteri yang mampu
menghasilkan hormone insulin dalam jumlah banyak
e. Hormon
insulin yang dihasilkan oleh bakteri rekombinan dikumpulkan dan disuntikkan
pada penderita diabetes mellitus yang memerlukan
Cara
cara yang umum dalam rekayasa genetika adalah
-
Teknik
DNA rekombinan
Dilakukan
dengan menambah atau mengganti DNA dari luar ke DNA asli dalam sel.
-
Teknik
hibridoma
Sel sel yang
dihasilkan dengan cara peleburan dua tipe sel yang berbeda, misalnya sel
eukaariot normal dan sel eukariot kanker.
Pemanfaatan Rekayasa Genetika
A. Terapi Gen
Terapi
gen adalah usaha perbaikan kelainan genetik dengan memperbaiki susunan basa
nitrogen pada rantai DNA dalam gen. Untuk mengganti gen yang rusak atau gen
mutan yang merugikan, dapat disisipkan atau dicangkokkan gen pengganti yang
normal dengan tehnik rekombinasi DNA. Terapi gen biasanya digunakan untuk
memperaiki kelainan genetik karena tidak adanya suatu enzim yang disebabkan
oleh adanya gen mutan atau gen yang tidak normal. Gen normal dapat dimasukkan
ke dalam kromosom di dalam inti sel somatik agar sel somatik tersebut mampu
memproduksi enzim secara normal.
Terapi
gen diterapkan untuk memperbaiki kelainan genetik ADD (adenosine deaminase deficiency). ADD adalah kelainan berupa
kehilangan daya tahan tubuh akibat tidak terdapatnya enzim ADA (adenosin deaminase) sehingga rentan
terkena infeksi patogen. ADD menyebabkan penyakit SCID (severe combined immunodeficiency disease). Anak-anak yang mengidap
SCID tidak mempunyai proteksi dari sistem imunitas tubuh terhadap bakteri,
virus, dan fungi.
Mekanisme
terapi gen adalah sebagai berikut.
·
Alel ADA normal disisipkan ke dalam asam
nukleat retrovirus sehingga diperoleh retrovirus rekombinan. Dalam hal ini,
retrovirus berperan sebagai vektor
·
Sel limfosit T abnormal dari pasien
kemudian dikultur bersama retrovirus rekombinan
·
Retrovirus rekombinan menginfeksi sel
limfosit T abnormal dan menyisipkan genomnya pada sel limfosit T tersebut
sehingga sel limfosit T menjadi normal karena telah mengandung alel ADA
·
Sel limfosit yang sudah normal
dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien sehingga pasien akan mendapatkan
sistem kekebalannya kembali
Terapi
gen akan lebih baik jika dilakukan terhadap sumsum tulang belakang
karena sumsum tulang belakang merupakan tempat penghasil seluruh sistem
imunitas. Pada terapi gen dengan metode in
vivo, pasien tidak perlu dioperasi. DNA normal diinjeksikan ke dalam sel
melalui vektor virus yang sangat sederhana, misalnya dari jenis retrovirus dan
adenovirus.
B. Pembuatan Vaksin Baru
Rekayasa
genetika telah memproduksi vaksin baru, salah satunya vaksin subunit. Vaksin
subunit adalah vaksin yang dibuat dari bagian tertentu mikroorganisme yang
imunogenik secara alamiah. Sifat imunogenik adalah mampu menimbulkan respons
imunitas tubuh. Vaksin subunit umumnya berasal dari protein permukaan virus. Vaksin
dari protein permukaan virus merupakan vaksin yang potensial dan dapat
diperbanyak dengan metode kloning gen (teknologi DNA rekombinan). Gen pengkode
protein tersebut dimasukkan ke dalam plasmid sel ragi (misalnya Saccharomyces cerevisiae). Sel ragi akan
menghasilkan protein virus sekitar 1-2% dari total protein ragi. Vaksin yang
telah berhasil dibuat melalui teknologi ini, antara lain vaksin untuk hepatitis
B, yaitu Recombivax HB vaccine.
C. Pembuatan Organisme Transgenik
Organisme
transgenik adalah organisme yang mendapatkan gen-gen dari organisme lain
(bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain). Transgenik dapat dimanfaatkan dalam
pemuliaan tumbuhan maupun hewan.
1.
Tanaman
Transgenik
Tanaman transgenik
merupakan tanaman hasil rekayasa genetika dengan sistem penggabungan gen pada
suatu rangkaian DNA. Penggabungan gen secara langsung dilakukan dengan
menggunakan alat penembak gen (particle
bombardment) atau elektroporasi (dengan kejutan listrik). Sementara itu,
penggabungan gen secara tidak langsung dengan menggunakan vektor, misalnya
bakteri Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium
tumefacien adalah bakteri tanah yang banyak menyerang tanaman berbunga dan
menyebabkan tumor crown gall (bisul bermahkota). Bakteri ini memiliki plasmid Ti
(tumor inducing). Jika plasmid Ti dipindahkan ke dalam kromosom tanaman,
sel-sel tanaman akan membelah secara cepat membentuk tumor. Plasmid Ti dapat
disisipi gen-gen yang berguna, misalnya gen pengendali sifat resistensi
terhadap hama, sifat adaptif terhdapat lingkungan kering, penunda pematangan
buah sehingga tidak cepat membusuk, mampu memupuk sendiri, atau tahan terhadap
serpaan angin.
Tahapan pemubuatan
tanaman transgenik adalah sebagai berikut.
·
Gen asing yang dikehendaki disisipkan
pada plasmid Ti sehingga didapatkan plasmid rekombinan
·
Plamid rekombinan dimasukkan kembali ke
dalam bakteri Agrobacterium tumefacien
·
Bakteri tersebut kemudian diinfeksikan
pada sel tanaman yang dikehendaki sehingga terbentuk jaringan tumor. Sel-sel
tumor ini semuanya mengandung plasmid rekombinan.
· Sel-sel tumor kemudian
dikultur untuk menghasilkan tanaman yang memiliki sifat baru.
a.
Tumbuhan
tahan hama
Rekayasa genetika
dikembangkan dalam mengatasi pengendalian hama, yaitu dengan cara rekombinasi
gen dan kultur sel untuk menghasilkan tanaman yang tahan terhadap serangan
hama. Gen kebal disisipkan pada sel suatu tanama, kemudian sel-sel tumbuhan
tersebut di kultur dan tumbuh menjadi tanaman baru yang tahan hama. Contohnya
kapas transgenik yang sudah disisipi gen toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.
b.
Tumbuhan
memupuk sendiri
Nitrogen diperlukan
untuk membangun hampir semua senyawa di dalam sel tubuh organisme. Tumbuhan
memperoleh nitrogen dari tanah dalam bentuk nitrat atau amonium. Nitrogen dalam
bentuk N2 tersedia di udara dalam jumlah yang cukup besar, yaitu 79%
dari total komponen udara. Namun, tumbuhan tidak dapat memanfaatkan secara
langsung nitrogen ini. N2 di udara dapat dubah menjadi nitrat (NO3)
atau amonium (NH4) oleh bakteri penambat nitrogen, misalnya Rhizobium sp. Bakteri ini biasanya
bersimbiosis pada akar tanaman kacang-kacangan. Dengan teknik rekombinasi gen,
dapat dibuat bakteri penambat nitrogen dalam jumlah besar, yaitu dengan
memasukkan gen pengendali kemampuan menambat nitrogen pada suatu sel bakteri.
Bakteri baru hasil rekombinasi tersebut kemudian disimbiosiskan ke dalam akar
tumbuhan lain yang dikehendaki dan dibiarkan berkembang biak sehingga tumbuhan
mampu memupuk sendiri.
Pakar rekayasa genetika
telah berhasil memindahkan gen nif (nitrogen fixation) dari bakteri Klebsiella
pneumoniae. Bakteri Klebsiella
pneumoniae memiliki sekitar 17 gen nif
yang dapat dipindahkan semuanya ke bakteri Escherichi coli. Bakteri E.
coli tersebut kemudian mampu mengikat nitrogen. Bakteri yang sudah disisipi
gen nif pengikat nitrogen dapat
dikolonikan di akar tumbuhan. Gen nif
pengikat nitrogen juga dapat disisipkan secara langsung ke dalam tumbuhan
budidaya sehingga tidak memerlukan bantuan mikroorganisme lagi.
c.
Tumbuhan
yang mengandung gizi tambahan
Dengan rekayasa genetika, kini dapat
dihasilkan tanaman pangan berupa padi, buah, dan sayuran transgenik yang lebih
berkualitas, misalnya beras emas (golden
rice) yang mengandung β-karoten dan provitamin A dari Filipina dan pisang
yang mengandung protein bersifat vaksin.
d.
Buah-buahan
yang lebih tahan untuk disimpan
Rekayasa genetika dengan transfer gen antisenescens digunakan untuk menghambat
enzim poligalakturonase (enzim yang mengkatalis proses perusakan dinding sel)
sehingga proses pelunakan buah dapat diperlambat. Contohnya tomat flavr savr yang mempunyai tingkat waktu
kematangan lebih lama setelah dipetik sehingga tidak mudah membusuk.
e.
Tumbuhan
tahan herbisida
Contohnya adalah kedelai yang ditransfer
gen resisten herbisida dari bakteri Agrobacterium
galur CP4. Ketika tanaman kedelai disemprot dengan herbisida, hanya gulma di
sekitar kedelai yang akan mati.
f.
Tumbuhan
yang tahan terhadap perubahan cuaca
Contohnya adalah tembakau yang
mendapatkan transfer gen untuk mengatur pertahanan pada cuaca dingin dari
tanaman Arabidopsis thaliana atau dari Cyanobacterium Anacyctis nidulans.
g.
Tumbuhan
bioluminesensi
Bioluminesensi adalah emisi cahaya yang
dihasilkan oleh makhluk hidup karena adanya reaksi kimia tertentu. Contohnya
tanaman tembakau yang disisipi gen kunang-kunang mampu melepaskan energi cahaya
sehingga tampak bersinar.
2.
Hewan
Transgenik
Hewan transgenik adalah hewan yang
mengandung sisipan gen asing di dalam genomnya. Pembuatan hewan transgenik
dapat dilakukan dengan dua metode berikut.
a. Pronuclear
microinjection
Pronuclear
microinjection adalah teknik memasukkan transgen (gen
terpilih yang akan dipindahkan) dimasukkan secara langsung ke dalam pronukleus
ovum yang sudah difertilisasi. Mekanisme pada percobaan pembuatan tikus
transgenik adalah.
·
Ovum tikus yang telah dibuahi diisolasi
dari saluran telur (oviduk) tikus betina
·
Transgen disuntikkan ke dalam pronukleus
ovum yang telah dibuahi (zigot yang memiliki dua pronukleus)
·
Zigot yang sudah mengandung transgen
disuntikkan ke saluran telur (oviduk) tikus betina yang dibuat hamil palsu
·
Zigot tumbuh menjadi anak tikus
transgenik yang siap dilahirkan
b.
Embryoic
stem (ES) cell electroporation dan subsequent blastocyst injection
Adalah insersi transgen ke dalam
sel induk embrionik (ES cells) yang
dilanjutkan dengan pemasukan ES cells ke
dalam blastokista.
Teknik Hibridoma
Cara
umum yang digunakan pada rekayasa genetika adalah teknik hibridoma. Hibridoma
adalah sel-sel yang dihasilkan dengan cara peleburan atau fusi dua tipe sel
yang berbeda sehingga dihasilkan sel tunggal yang mengandung gen-gen dari
kedua sel yang berbeda tersebut. Sel tunggal ini dinamakan hibridoma yang
mempunyai sifat-sifat kedua sel. Misalnya sel eukariot normal
engan sel eukariot kanker.
Salah
satu teknik penggabungan yang umum digunakan adalah teknik elektrofusi (fusi
atau penggabungan secara elektris). Teknik ini menggabungkan dua sel dalam
suatu bidang elektris dengan frekuensi tinggi sehingga sel-sel tertarik satu
sama lain dan melebur (fusi).
Teknologi
hibridoma dikembangkan untuk beberapa kepentingan, yaitu :
(1)
Menghasilkan antibodi dalam skala besar, contohnya antibodi monoklonal
(2) Untuk menyilangkan
makhluk hidup secara genetik dalam sel eukariot yang tidak dapat diselesaikan
melalui peleburan gamet
Contoh penggunaan teknologi hibridoma adalah produksi antibodi dalam skala
besar. Dalam proses fusi sel, sel B atau
sel T dijadikan sebagai sel sumber gen yang memiliki sifat yang diinginkan,
yaitu mampu memproduksi anti bodi. Sedangkan, sel wadah atau sel target
digunakan sel mieloma atau sel kanker yang mampu membelah diri dengan cepat dan
tidak membahayakan manusia. Kemudian, sel B atau sel T difusikan dengan sel
mieloma. Untuk mempercepat fusi sel, digunakan fusi gen (zat yang mempercepat
terjadinya fusi). Contoh fusi gen adalah CSCl++, polietilenglikol (PEG), virus,
dan NaNO3. Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel mieloma
menghasilkan hibridoma yang memiliki gen penghasil antibodi seperti induknya
(sel B) dan dapat membelah dengan cepat seperti sel mieloma. Sifat
dari sel hibridoma ini adalah immortal (sel abadi karena mampu
bertahan hidup, membelah dan memperbanyak diri dalam jumlah tak terbatas
dalam media kultur).
Proses
pembuatan dari sel hibridoma :
1.
proses imunisasi
dengan menggunakan antigen tertentu yang disuntikan ke dalam
tubuh mencit (Mus musculus)
2.
sel B-limfosit
mencit akan merespon antigen sehingga terbentuk antibodi
3.
pemisahan sel
B-limfosit yang sudah mengandung antibodi dari organ limpa mencit
4.
sel B-limfosit
kemudian difusikan dengan sel kanker immortal menghasilkan sel
hibridoma
5.
fusi sel hibridoma
ini dilakukan dengan membuat membran sel menjadi lebih permeabel sehingga kedua
sel bisa menyatu
6. sel hibridoma kemudian diklon pada
kultur sel sehingga dihasilkan banyak sel yang memiliki anti bodi tertentu
sehingga dikenal dengan antibodi monoklonal yang bisa disimpan lama dalam
keadaan dibekukan.
Pemanfaatan Hibridoma dalam Pemetaan Kromosom
Pemetaan kromosom merupakan usaha untuk mengetahui letak kromosom yang
mengandung gen-gen pembawa sifat-sifat tertentu pada suatu urutan kromosom
dalam sel organisme. Saat terbentuk sel hibridoma, kromosom hancur secara acak.
Setiap sel hibridoma mengalami kerusakan kromosom yang berlainan. Jika salah
satu sel hibridoma yang memiliki kromosom nomor tertentu di kultur dan ternyata
dapat menghasilkan suatu hormon, misalnya somatotropin, dapat diketahui
kromosom yang membawa sifat penghasil hormon somatotropin.
Pemetaan kromosom memberikan sumbangan informasi pada diagnosis dan
pengobatan suatu penyakit, pencegahan penyakit keturunan, serta memberikan
gambaran pada evolusi biologi.
Hibridoma Memungkinkan Terbentuknya Spesies Baru
Fusi sel memberikan gambaran kemungkinan diciptakannya spesies baru
yang berasal dari gabungan dua sel dari organisme bereda, misalnya antarsel
hewan yang berbeda spesies, antarsel tumbuhan yang berbeda spesies, atau sel
hewan dengan sel tumbuhan.
Hibridoma sel tumbuhan agak rumit dilakukan karena sel tubuhan memiliki
dinding sel yang merupakan penghalang terjadinya fis sel. Dinding sel tersebut
perlu dihancurkan terlebih dahulu dengan enzim selulase. Protoplasma yang
tertinggal kemudian difusikan, disebut fusi
protoplas. Setelah protoplasma disatukan, akan tumbuh membentuk dinding sel
baru dan menjadi individu hibridoma yang diinginkan.
Pemanfaatan Hibridoma dalam Pembuatan Antibodi
Monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang hanya mengenali dan melawan
satu jenis antigen tertentu. Antibodi monoklonal dihasilkan dari pengklonan
satu sel hibridoma. Tahapan pembentukan antibodi monoklonal dapat dijelaskan
sebagai berikut.
·
Hewan dari kelompok Mammalia (misalnya
tikus, kelinci, kuda, atau kera) disuntik dengan antigen (misalnya bibit
penyakit pada manusia)
·
Sel limfosit B dari limpa darah, atau
kelenjar limfa yang mampu menghasilkan antibodi dari hewan tersebut, diambil
dan difusikan dengan sel mieloma (sel kanker) sehingga dihasilkan sel hibridoma
·
Selanjutnya, sel hibridoma tersebut diklon
dan diseleksi untuk memperoleh satu sel hibridoma penghasil antibodi monoklonal
yang sesuai untuk manusia
·
Sel hibridoma yang dipilih
dikembangbiakan (dikultur) untuk menghasilkan antibodi monoklonal manusia dan
sebagian lainnya dibekukan agar dapat disimpan untuk penggunaan yang akan
datang
Antibodi monoklonal dikembangkan
untuk tes kehamilan; mengikat dan menonaktifkan racun; transplantasi organ
(mencegah penolakan jaringan terhadap hasil transplantasi jaringan lain);
meningkatkan imunitas tubuh; memurnikan obat-obatan; mengarahkan obat ke bagian
tubuh yang dikehendaki; serta pengobatan kaner, AIDS, hepatitis, flu burung,
malaria, lepra, tripanosomiasis, dan leismaniasis.
Kultur Jaringan
Kultur jaringan
(mikropropagasi) merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif
berdasarkan sifat totipotensi. Totipodensi sendiri merupakan kemampuan setiap
sel tumbuhan untuk tumbuh menjadi individu sempurna. Bagian yang biasanya
digunakan pada kultur jaringan adalah bagian yang masih aktif membelah diri
seperti akar batang daun maupun mata tunas. Bagian
tumbuhan yang akan dikultur disebut eksplan. Kultur jaringan dilakukan pada
medium buatan dalam kondisi aseptik.
Eksplan dibiarkan tumbuh menjadi
massa sel yang belum berdiferensiasi, disebut kalus. Sel-sel kalus dipisahkan
dan dikultur lagi agar terbentuk kalus-kalus yang baru. Sel-sel kalus kemudian
berdifensiasi membentuk akar, batang, daun, dan tumbuh menjadi tanaman lengkap
berukuran kecil (planlet). Jika ukuran planlet sudah mencapi ukuran tertenu,
planlet harus segera dipindahkan pada medium tanah atau ditanam dengan sistem
hidroponik.
Teori yang mendasari tekhnik kultur
jaringan adalah teori sel dari Schawann
dan Scheileden. Teori sel tersebut
menyatakan bahwa “setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi
genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk melakukan pertumbuhan dan
perkembangan menjadi tanaman yang utuh pada kondisi yang sesuai.”
Jenis-jenis Kultur Jaringan :
Bedasarkan bagian tanaman
yang digunakan sebagai eksplan, kultur jaringan dibedakan menjadi 6 jenis,
yaitu sebagai berikut.
a.
Kultur
Kloroplas
Eksplan yang digunakan adalah kloroplas.
Kultur ini biasanya bertujuan untuk memperbaiki atau membuat varietas baru.
b.
Kultur
Polen
Eksplan yang digunakan adalah serbuk sari.
c.
Kultur
Anter
Eksplan yang digunakan adalah kepala
sari.
d.
Kultur
Embrio
Eksplan yang digunakan adalah embrio.
Embrio dewasa dari biji yang masak lebih besar keberhasilannya dibandingkan
kultur embrio dari biji yang belum masak.
e.
Kultur
Protoplas
Eksplan yang digunakan adalah sel
jaringan hidup tanpa dinding sel.
f.
Kultur
Meristem
Eksplan yang digunakan adalah jaringan
(akar, batang dan daun) yang muda atau bersifat meristematik.
Tahapan Kultur Jaringan :
1.
Pemilihan dan penyiapan tanaman induk sumber
eksplan
Tanaman yang akan
dijadikan sebagai sumber eksplan harus jelas spesies dan varietasnya, harus
sehat, serta bebasa dari hama dan penyakit. Sebelum dijadikan sebagai eksplan
tanaman harus dikondisikan secara khusus di rumah kaca supaya eksplan yang akan
dikulturkan secara in-vitro merupakan eksplan yang sehat dan dapat tumbuh baik
serta bebas dari sumber kontaminan.
2.
Inisiasi
kultur
Tahap ini bertujuan
untuk pembuatan kultir dari eksplan yang bebas dari mikroorganisme serta
inisiasi spesias yang baru. Inisiasi kultir mengusahakan kultur yang
antiseptik. Antiseptik artinya bebadas dari organisme yang tidak diinginkan.
Hal ini bertujuan untuk perbanyakan pada tahap selanjutnya
3.
Strerilisasi
Sterilisasi merupakan
segala keguiatan dalam kultur jaringan harus dilajukan di tempat yang steril.
Steriliasi juga digunakan terhadap peralatan yang digunakan untuk kultur
jaringan dengna menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada
peralatan yang digunakan.
4.
Multiplikasi
Multiplikasi bertujuan
untuk menggandakan bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio,
serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu dapat
dilanjutkan. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengna cara merangsang
terjadinya pertumbukan tunas cabang dan percabang aksiler atau merangsang
terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun
melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase
inisiasi, di dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin dan hormon
dengan perbandingan yang dibutuhkan dengna komposisinya yang tepat. Hormon yang
digunakan untuk merangsang perkembangan tunas berasal dari golongan sitokinin
seperti BAP, 2-iP, kinetin atau thidiadzuron (TDZ).
5.
Pemanjangan
tunas, induksi, dan perkembangan akar
Tujuan dari tahap ini
adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat sehingga dapat
bertahan hidup sampai saat akan dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke
lingkungan luar. Pada tahap ini kultur tanaman akan memeroleh ketahanan
terhadap pengaruh lingkungan, sehingga siap untuk diklimasikan.
6.
Aklimatasi
Aklimatasi adalah proses
pengkondisian planlet atau tunas mikro di lingkungan baru yang aseptik di luar
botol, dengan media tanah atau kalis sehingga planlet dapat bertahan dan terus
menjadi bibit yang siap ditanam dilapangan. Pada teknik kultur jaringan, tahap
aklimasi planlet merupakan tahap yang sering menjadi kendala dalam produksi
bibit secara masal.
Media yang digunakan pada kultur jaringan
1.
Murashige
dan Skoog
Media kultur ini hampir dapat digunakan
oleh semua jenis kultur, khususnya tanaman herba.
2.
Vacint
dan Went
Media kultur ini digunakan untuk kultur
jaringan tanaman anggrek.
3.
Scenk
dan Haberlandt
Media kultur ini cocok diguanakn untuk
kultur jaringan tanaman monokotil.
4.
Nitsch
Media kultur ini umumnya digunakan untuk
kultur sari dan kultur sel.
5.
Whete
Media kultur ini sangat cocok untuk kultur jaringan
tanaman tomat.
Manfaat , kelebihan dan kekurangan kultur jaringan
Manfaat
® Menghasilkan tanaman yang memiliki sifat yang
sama dengan induknya.
® Menghasilkan
tanaman dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat.
® Melestarikan
sifat tanaman induk.
® Menghasilkan
tanaman yang bebas virus atau mikroorganisme patogen lainnya.
® Sarana
untuk melestarikan plasma nutfah.
Kelebihan
® Penyiapan
bibit tidak tergantung musim, bibit dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak
dengan waktu yang singkat, seragam dan bebas ari penyakit.
® Pada
proses pembibitan, bebas dari gangguan hama, penyakit, dan terpaan kondisi
lingkungan lainnya.
® Dapat
diperoleh sifat-sifat yang dikehendaki.
® Metabolit
sekunder tanaman dapat diperoleh lebih cepat tanpa menunggu tanaman dewasa
terlebih dahulu.
® Biaya
pengankutan bibit relatif lebih murah dan mudah.
Kekurangan
® Biaya
yang dibutuhkan untuk melakukan kultur jaringan relatif besar.
® Hanya
mampu dikalukan oleh orang-orang tertentu karena membutuhkan keahlian khusus.
® Bibit
hasil kultur jaringan membutuhkan proses aklimatisasi karena terbiasa dalam
kondisi steril dan lembap.
Kloning
Kloning merupakan proses untuk menghasilkan populasi yang terdiri atas
individu-individu yang memiliki sifat genetik yang sama. Proses ini di alam
umum ditemukan pada bakteri, serangga, dan tumbuhan yang mempunyai kemampuan
untuk memperbanyak diri secara aseksual. Pengertian dan metode kloning bekrembang dari yang
semula hanya secara aseksual kemudian kloning dapat juga dilakukan secara
seksual.
Tujuan utama kloning adalah untuk mengisolasi gen yang
diinginkan dari seluruh gen yang ada (kromosom) pada organism donor. Untuk
mencapai tujuan itu kloning dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu melalui
proses aseksual dan seksual. Metode seksual dilakukan dengan fertilisasi in
vitro dan aseksual dilakukan dengan menggunakan sel somatic sebagai sumber gen.
Prosedur kloning untuk hewan dan manusia
Metode seksual
(1) Penyiapan
ovum dan sperma dari kedua pasangan
(2) Fertilisasi
in vitro dalam media yang sesuai di cawan petri
(3) Penumbuhan/
inkubasi zigot menjadi 4-8 sel embrio
(4) Pemotongan/splitting
sel-sel embrio dengan teknik mikromanipulasi
(5) Penumbuhan
4 potongan sel embrio yang mempunyai gen identik dalam inkubator hingga menjadi
embrio normal sampai fase blastosis, lama waktu inkubasi kurang lebih 12-14
hari
(6) Penanaman
embrio/ transfer embrio pada rahim induk/ ibu
(7) Proses kehamilan selama
35-37 minggu dan diikuti proses kelahiran.
Metode aseksual
(1)
Penyiapan sel telur terfertilisasi semu
dari induk/ ibu
(2)
Pengeluaran pronekleus dari telur yang
terfertilisasi semu
(3)
Penyiapan sel somatis sebagai donor
(4)
Pengeluaran inti sel somatis sebagai
donor
(5)
Pemasukan inti sel somatis ke sitoplasma
sel telur
(6)
Pemberian kejutan listrik/ nuklir
(7)
Penumbuhan/ inkubasi zigot menjadi 4-8
sel embrio
(8)
Pemotongan/ splitting sel-sel embrio
dengan teknik mikromanipulasi
(9)
Penumbuhan 4 potongan sel embrio yang
mempunyai gen identik dalam incubator hingga menjadi embrio normal sampai fase
blastosis, lama waktu inkubasi kurang lebih 12-14 hari
(10) Penanaman
embrio/ transfer embrio pada rahim induk/ ibu
(11) Proses
kehamilan selama 35-37 minggu dan diikut proses kehamilan
A.
Molecular cloning
Proses
molecular cloning umunya digunakan
untuk memperbanyak bagian DNA yang mengandung seluruh gen yang diinginkan,
promotor, dan bagian DNA yang tidak mengkodekan protein. Metode ini banyak
digunakan untuk penyusunan urutan DNA dari suatu organisme hingga produksi
protein tertentu.
Proses
molecular cloning:
1. Fragmentasi
Pemisahan rantai ganda DNA menjadi
rantai tunggal.
2. Lugasi
Penempelan fragmen-fragmen DNA pada
urutan yang diinginkan.
3. Transfeksi
Pemasukan DNA yang baru dibentuk ke
dalam sel.
4. Selesi
Pemilihan sel-sel yang sukses menerima DNA
yang baru.
B.
Cell Cloning
I.
Kloning
organisme uniselular
Mengkloning suatu sel
berarti menghasilkan satu populasi sel dari sel tunggal. Proses ini sangat
mudah dilakukan pada organisme uniselular seperti bakteri dan ragi dimana hanya
membutuhkan proses inokulasi pada medium yang tepat. Akan tetapi hal ini akan
menjadi suatu pekerjaan yang menantang apabila proses kloning tersebut
dilakukan pada organisme multiselular karena tidak terdapat medium khusus untuk
menumbuhkan sel-sel ini.
Proses kloning sel
tunggal melibatkan penggunaan cloning ring. Berdasarkan tekhnik ini, suspensi
sel yang terseleksi diencerkan sangat tinggi dan ditumbuhkan pada media tumbuh
dengan harapan sel-sel tersebut akan tumbuh saling berpisah.
II.
Kloning
sel puncak (cloning stell cell)
Metode ini juga dikenal
dengan istilah Somatic Cell Nuclear Transfer (SCNT). Teknik ini digunakan untuk
menghasilkan embrio bagi keperluan penelitian atau terapi yang digunakan untuk
memanen sel-sel puncak (stem cell) yang digunakan untuk mempelajari
perkembangan manusia dan pontesinya untuk memerangi penyakit. Salah satu contoh
hasil dari metode SCNT ini adalah Domba Dolly.
Salah satu alasan
penggunaan sel somatik untuk proses kloning adalah ketersediaannya yang sangat
tinggi dan relatif mudah untuk diperbanyak dibandingkan sel-sel reproduktif.
Penelitian transfer
inti dilakukan terhadap sel katak dengan tahapan sebagai berikut :
·
Inti dari sel usus kecebong katak
diambil dengan menggunakan mikropipet. Inti sel ini mengandung kromosom 2n
(diploid)
·
Inti tersebut ditransplantasikan ke
dalam sel telur katak lain yang sebelumnya telah dirusak intinya dengan radiasi
sinar ultraviolet. Sel yang telah dirusak initnya tidak mengandung kromosom
·
Sel telur yang telah diisi dengan inti
baru akan membelah secara mitosis membentuk morula
·
Morula tumbuh menjadi blastula. Blastula
tumbuh menjadi gastrula dan seterusnya hingga menjadi individu baru.
Untuk mendapatkan individu
dalam jumlah lebih banyak, dapat dilakukan cara sebagai berikut,
·
Blastula diklon (dipotong-potong)
menjadi banyak sel
·
Sel-sel hasil klon kemudian diambil
intinya. Inti tersebut ditransplantasikan kembali ke sel telur lain yang juga
telah dirusak intinya
·
Masing-masing sel telur yang telah diisi
dengan inti baru tersebut kemudian dikultur secara in vitro (di luar tubuh) dan tumbuh hingga menjadi individu baru
C. Kloning Organisme (Organism Cloning)
Kloning
organisme juga biasa dikenal sebagai kloning hewan. Kloning hewan adalah proses
dimana seluruh organisme direproduksi dari sel yang diambil dari organisme
induk sehingga menghasilkan keturunan yang secara genetik identik. Ini berarti
hewan kloning merupakan duplikat sama persis dari induknya, yang berarti juga
memiliki DNA yang sama. Kloning sebenarnya banyak terjadi di alam. Reproduksi
aseksual pada organisme tertentu dan terjadinya kembar dari sel telur yang sama
merupakan contoh kloning. Kloning hewan dibedakan menjadi dua macam yaitu
kloning embrio dan kloning transfer inti (SCNT).
Kloning embrio
Merupakan usaha untuk
menghasilkan individu baru dengan sifat gentik sama dengan kedua induknya tanpa
melalui perkawinan secara alamiah. Dengan teknik ini diharapkan dapat diperoleh
hewan yang berkualitas baik dan bejumlah banyak dalam waktu yang lebih cepat.
Tahapan
teknik kloning embrio adalah sebagai berikut.
·
Sel telur dari sapi betina
difertilisasikan dengan sperma sapi jantan secara in vitro (di luar tubuh)
·
Zigot hasil fertilisasi in vitro akan tumbuh menjadi embrio
·
Embrio-embrio tersebut kemudian
ditanamkan dengan cara disuntikkan ke dalam rahim sapi-sapi betina dewasa
lainnya
·
Embrio di dalam rahim sapi betina akan
tumbuh menjadi anak sapi hingga dilahirkan
Kloning embrio pada manusia
dikenal dengan istilah bayi tabung. Teknik bayi tabung dilakukan terhadap pasangan
suami-istri yang sulit memiliki keturunan karena adanya hambatan pada system
reproduksi, seperti ketidakmampuan menghasilkan sperma atau sel telur yang
subur, dinding rahim wanita yang lemah, terhambatnya fertilisasi, atau
terhambatnya pertumbuhan embrio di dalam rahim.
Prosedur bayi tabung dapat
dijelaskan sebagai berikut :
·
Pasangan suami-istri yang sah diambil
sel telur dan sel spermanya
·
Sel telur dan sel sperma
difertilisasikan secara in vitro dalam tabung yang berisi medium yang sesuai
untuk pertumbuhan zigot hingga membentuk morula
·
Morula kemudian diimplantasikan atau
ditanam di dalam rahim ibu
·
Di dalam rahim ibu, morula akan tumbuh
menjadi blastula, gastrula, hingga menjadi bayi yang siap dilahirkan
Sejarah kloning hewan
Kloning
pada hewan dilakukan mula-mula pada amfibi (kodok), dengan mengadakan
transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi. Sebagai donor
digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata
donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun
masih dapat membentuk embrio normal. Keberhasilan ini tentu memicu
penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan penerapan teknologi kloning ini
pada hewan lain dan manusia.
Hingga
akhirnya pada tanggal 13 Oktober 1993, dua peneliti Amerika, Jerry L. Hall dan Robert J. Stillman dari Universitas George Washington mengumumkan
hasil kerjanya tentang kloning manusia dengan menggunakan metode embryo
splitting (pemisahan embrio ketika berada dalam tahap totipotent) atas embrio
yang dibuat secara in vitro fertilization (IVF). Dari proses embrio splitting
tersebut, Hall dan Stillman mendapatkan 48 embrio baru yang secara genetis sama
persis. 18 penelitian terhadap kloning ini pun tetap berlanjut.
Kloning pada Domba Dolly
Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak tahun
1900, tetapi hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat penelitian Dr. Ian Willmut seorang ilmuwan
skotlandia pada tahun 1997, dan untuk pertama kali membuktikan bahwa kloning
dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Metode kloning yang digunakan untuk
mengklon biri-biri tersebut adalah metode somatic cell nuclear transfer (SCNT). Hewan kloning tersebut
dihasilkan dari inti sel epitel ambing domba dewasa yang dikultur dalam suatu
medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum domba yang kromosomnya telah
dikeluarkan, yang akhirnya menghasilkan anak domba kloning yang diberi nama
Dolly.
Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam
sejarah kloning. Dolly direproduksi tanpa bantuan domba jantan, melainkan
diciptakan dari sebuah sel kelenjar susu yang di ambil dari seekor domba
betina. Dalam proses ini Dr. Ian Willmut
menggunkan sel kelenjar susu domba finndorset sebagai donor inti sel dan sel
telur domba blackface sebagi resepien. Sel telur domba blackface dihilangkan intinya
dengan cara mengisap nukleusnya keluar dari selnya menggunakan pipet mikro.
Kemudian, sel kelenjar susu domba finndorset difusikan (digabungkan)
dengan sel telur domba blackface yang tanpa nukleus. Proses penggabungan ini
dibantu oleh kejutan/sengatan listrik, sehingga terbentuk fusi antara sel telur
domba blackface tanpa nucleus dengan sel kelenjar susu dompa finndorsat. Hasil
fusi ini kemudian berkembang menjadi embrio dalam tabung percobaan dan kemudian
dipindahkan ke rahim domba blackface. Kemudian embrio berkembang dan lahir
dengan ciri-ciri sama dengan domba finndorset.
Sejak Wilmut berhasil
membuat klon anak domba yang donor nukleusnya diambil dari sel kelenjar susu
domba dewasa, maka terbukti bahwa pada mammalia pun klon dapat dibuat. Atas dasar
itu para ahli berpendapat bahwa pada manusia pun secara teknis klon dapat
dibuat.
Kelebihan dan Kekurangan Proses Kloning
Kelebihan
®
Kloning pada
tanaman dan hewan adalah untuk memperbaiki kualitas tanaman dan hewan,
meningkatkan produktivitasnya.
®
Mencari obat
alami bagi banyak penyakit manusia-terutama penyakit-penyakit kronis-guna
menggantikan obat-obatan kimiawi yang dapat menimbulkan efek samping terhadap
kesehatan manusia.
®
Untuk memperoleh
hormone pertumbuhan, insulin, interferon, vaksin, terapi gen dan diagnosis
penyakit genetic.
®
Upaya konservasi
pada hewan atau tumbuhan langka
Kekurangan
®
Hewan hasil
pengklonan mudah terserang penyakit.
®
Resiko kesehatan
pada hewan yang dikloning.
®
Menurunkan
keanekaragaman.
Dampak Bioteknologi terhadap Salingtemas
1. Tumbuhan dan Hewan Transgenik
Tumbuhan dan hewan transgenik sejauh ini aman untuk
dikonsumsi. Hal tersebut berdasarkan pernyataan dari lembaga resmi
internasional seperti WHO dan FAO. Penduduk Amerika Serikat sudah mengonsumsi
kedelai transgenik sejak tahun 1996, sedangkan masyarakat Eropa yang awalnya
menentang produk transgenik sekarang sudah menerimanya.
Walaupun demikian ada juga yang berpendapat bahwa
terdapat beberapa kemungkinan risiko mengonsumsi makanan transgenik ini,
seperti keracunan, risiko kanker, dan alergi makanan. Hal ini bisa terjadi
karena produk transgenik bersifat “kebal antibiotik” dan mengandung “residu
pestisida”.
2. Bayi Tabung (Fertilisasi In Vitro)
Bayi tabung merupakan salah satu teknologi reproduksi
yang bisa menjadi solusi bagi pasangan suami-istri yang kesulitan memperoleh
keturunan. Akan tetapi, proses bayi tabung akan menjadi proses yang tidak sah
apabila sel telur dan spermanya bukan berasal dari pasangan suami-istri yang
sah.
3. Kloning
Kloning sebenarnya penting untuk menghasilkan organisme
unggul. Kemajuan kloning pada tumbuhan dan hewan disambut dengan baik oleh umat
manusia. Akan tetapi pada saat kloning menuju pada kloning manusia, akan muncul
perdebatan di kalangan ilmuwan, para politisi, dan masyarakat. Mereka ada yang
mendukung dan ada yang tidak mendukung pengklonan manusia.
Kalangan yang mendukung kloning pada manusia lebih
menitikberatkan keberahasilan kloning manusia dapat menghasilkan sel, jaringan,
dan organ untuk mengobati penyakit, seperti diabetes dan leukimia.
Kalangan yang tidak mendukung kloning manusia didasarkan
pada beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Kloning pada mamalia belum
berhasil secara sempurna. Hal ini dapat kita ketahui dari Dolly (domba hasil
pengkloningan) akhirnya harus disuntik mati karena menderita penyakit.
b. Kloning manusia akan
menimbulkan kekacauan kekerabatan dan identitas diri dari klon maupun induknya.
c. Hasil pengklonan dapat
disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
d. Satu hal yang utama adalah
kloning manusia merupakan suatu intervensi terhadap ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.
Dampak Negatif Bioteknologi
a. Kemungkinan menciptakan
mikroorganisme patogen baru
Manipulasi
genetik dari mikroorganisme yang dapat menciptakan patogen baru akan sangat
berbahaya agi ekosistem jika mikroorganisme hasil manipulasi tersebut terlepas
keluar dari laboratorium.
b. Timbulnya bahan makanan yang
mengandung protein baru bersifat toksik
Makanan
yang dihasilkan dari penyambungan gen atau organisme transgenik dapat mengandung
protein baru yang kemungkinan bersifat toksik atau menyebabkan alergi pada
sebagian orang.
c. Munculnya tanaman supergulma
Tanaman
budidaya hasil rekayasa genetik memungkinkan terjadinya pemindahan gen barunya
ke tanaman lain yang masih berkerabat dekat. Jika tanaman yang menerima gen
tersebut tumbuhan liar yang sangat adaptif terhadap lingkungannya dan resisten
terhadap herbisida atau hama, keturuannya akan menjadi supergulma.
d. Teknik bayi tabung dapat
membingungkan status orang tuanya
Seandainya sel telur dan sel
spermanya sama-sama diambil dari bank sel kelamin, akan terjadi kebingungan
terhadap hubungan keluarga dengan bapak dan ibunya yang sebenarnya sehingga
memunculkan beberapa istilah.
e. Risiko tinggi bagi organisme hasil
kloning
Janin kloning yang dilahirkan
berisiko tinggi mengalami kelainan pada sistem kekebalan tubuh, gejala penuaan
diri, kelainan fungsi hati dan jantung, serta gangguan darah.
f. Penyebaran bakteri strain secara liar
Strain
bakteri yang mengonsumsi minyak sebagai pembersi tumpahan minyak di lautan
harus diawasi penggunaannya. Jika bakteri tersebut berada di tempat-tempat
pengeboran minyak, akan menghabiskan sumber minyak di seluruh dunia.
g. Erosi plasma nutfah
Masyarakat cenderung menyukai
penggunaan tanaman transgenik yang memiliki sejumlah sifat lebih unggul
daripada tanaman asli nontransgenik yang sebenarnya merupakan sumber plasma
nutfah. Akibatnya, keberadaan tanaman asli tersebut semakin berkurang, bahkan
dapat mengalami kepunahan.
h. Terganggunya keseimbangan ekosistem
Dikembangkannya tanaman transgenik
yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat
menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus)
i.
Penyalahgunaan
senjata biologis
Senjata
biologis berasal dari agen biologi seperti bakteri atau virus yang bersifat
patogen dan toksin berbahaya yang dihasilkan dari organisme tertentu.
Penggunaan senjata biologis dianggap sebagai senjata perang yang lebih
membahayakan daripada senjata perang lainnya.
No comments:
Post a Comment