a. Definisi
Retinitis
pigmentosa merupakan sekelompok degenerasi retina herediter yang ditandai oleh
disfungsi progresif fotoreseptor dan disertai oleh hilangnya sel secara progresif
dan akhirnya atrofi beberapa lapisan retina1. Atau sekelompok gangguan retina
yang menyebabkan hilangnya ketajaman penglihatan secara progresif, defek
lapangan penglihatan, dan kebutaan pada malam hari (night blindness).
b. Epidemiologi
·
Terjadi pada 5 orang per 1000 populasi
dunia
·
Usia
·
Muncul pada masa kanak-kanank dan
berkembang lambat, dan sering terjadi kebutaan setelah usia dewasa.
·
Jenis Kelamin
Pada umumnya pria lebih
sering terkena dari pada wanita dengan
perbandingan 3:2
c. Etiologi
Retinitis
pigmentosa merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara mendel yang
terjadi pada beberapa kasus. Beberapa kasus retinitis pigmentosa disebabkan
oleh mutasi DNA mitokondria. Pada tahun 1990 gen pertama yang menunjukkan
kelainan pada retinitis pigmentosa yaitu rhodopsin, yang merupakan pengkodean
rod visual pigmen. Sejak saat itu, banyak kelainan gen yang bisa mengakibatkan
terjadinya retinitis pigmentosa.
Retinitis pigmentosa terjadi sebagai gangguan isolated
sporadic, atau kelainan genetik autosomal dominant (AD), autosomal recessive
(AR), atau X-Linked recessive (XL). Bentuk terbanyak kelainan gen pada
retinitis pigmentosa yaitu autosomal recessive, diikuti oleh autosom dominan.
Sedangkan bentuk yang sedikit yaitu X-linked resesif.
d. Faktor
resiko
·
Adanya keluarga yang menderita keluhan
yang sama
e. Klasifikasi
§ Rod-cone
dystrophy (retinitis pigmentosa klasik)
§ Cone-rod
dystrophy
§ Sectoral
retinitis pigmentosa
§ Retinitis
pigmentosa sine pigmento (bentuk tanpa pigmen)
§ Unilateral
retinitis pigmentosa
·
Leber’s amaurosis (terjadi pada early childhood )
§ Retinopathy
punctata albescens (punctate retinitis)
§ Kombinasi
dengan gangguan sindrome yang lain dan ganguan metabolik seperti
mukopolysakaridosis, fanconi’s sindrom, mukolipidosis, peroxisomal disorder,
cockayne’s sindrome, mitokondrial myopati, usher’s syndrome, renal tubuler
defect syndrome.
f. Patofisiologi
Mekanisme
pasti dari degenerasi fotoreseptor belum diketahui, tetapi akhirnya dapat
terjadi apoptosis degeneratif
fotoreseptor batang dengan fotoreseptor kerucut pada tingkat yang lanjut.
Retinitis pigmentosa dapat respon terhadap fotoreseptor yang atrofi dengan
proliferasi kedalam retina. Sel-sel pigmen berkumpul disekitar pembuluh darah
retina yang atrofi, yang dapat diketahui dengan fundus sebagai bentuk klasik
“bone spicule”.
Retinitis pigmentosa biasanya dianggap sebagai distrofi
batang-kerucut (rod-cone dystrophy) dimana defek genetik menyebabkan kematian
sel (apoptosis), terutama di fotoreseptor batang. Jarang terjadinya defek genetik akibat pengaruh fotoreseptor epitelium pigmen retina dan
kerucut. Retinitis pigmentosa memiliki variasi fenotipik yang signifikan, karena ada banyak gen yang berbeda yang
mengarah ke diagnosis retinitis pigmentosa, dan pasien dengan mutasi genetik
yang sama dapat ditandai dengan temuan retina sangat berbeda.
Perubahan histopatologi pada retinitis pigmentosa telah didokumentasikan dengan baik, dan baru
baru ini, perubahan histologis tertentu yang terkait dengan mutasi gen tertentu
telah dilaporkan. Tahap akhir terjadi kematian sel fotoreseptor tetap oleh
apoptosis. Perubahan histologis pertama yang ditemukan di fotoreseptor adalah
pemendekan segmen luar batang. Segmen luar semakin memendek, diikuti oleh
hilangnya fotoreseptor batang. Hal ini terjadi paling signifikan di pinggiran
pertengahan retina. Daerah-daerah retina mencerminkan apoptosis sel dengan
memiliki inti menurun di lapisan nuklir luar. Dalam banyak kasus, degenerasi
cenderung memburuk pada bagian retina rendah, sehingga menunjukkan peran untuk
eksposur cahaya.
Jalur akhir yang umum dalam retinitis pigmentosa biasanya
kematian dari fotoreseptor batang yang menyebabkan hilangnya penglihatan.
Sebagai batang yang paling padat ditemukan di retina midperipheral, hilangnya
sel di daerah ini cenderung menyebabkan kehilangan penglihatan perifer dan
kehilangan penglihatan pada malam hari. Bagaimana mutasi gen menyebabkan
perlambatan kematian fotoreseptor batang progresif bisa terjadi dengan banyak
jalan, yang kenyataannya bahwa begitu banyak mutasi yang berbeda dapat menyebabkan
gambaran klinis yang serupa.
Kematian fotoreseptor kerucut
terjadi dengan cara yang mirip
dengan apoptosis batang dengan pemendekan segmen luar diikuti dengan hilangnya
sel. Hal ini dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam berbagai bentuk retinitis
pigmentosa.
g. Manifestasi
klinis
Gejala
awal seringkali muncul pada awal masa kanak-kanak. Sel batang pada retina
(berperan dalam penglihatan pada malam hari) secara bertahap mengalami
kemunduran sehingga penglihatan di ruang gelap atau penglihatan pada malam hari
menurun. Lama-lama terjadi kehilangan fungsi penglihatan tepi yang progresif
dan bisa menyebabkankebutaan. Sedangkan pada stadium lanjut, terjadi penurunan
fungsi penglihatan sentral.
Retinitis pigmentosa biasanya terkena bilateral pada kedua mata
dengan penurunan fungsi rod photoreceptors. Adapun simptom yang biasa yaitu:
1) Simtom
visual
• Nyctalopia, penglihatan yang buruk pada
malam hari dengan adaptasi penglihatan yang gelap
• Penurunan penglihatan perifer, akibat dari
densitas sel batang yang lebih besar terhadap perifer
• Penurunan penglihatan sentral pada
akhirnya
2) Perubahan
pada Fundus
• Perubahan pigmen retina. Ini adalah jenis
perivaskular dan berbentuk sepert bone spicules. Pada awalnya perubahan ini
ditemukan hanya pada bagian equatorial dan kemudian berlanjut ke bagian
anterior dan posterior.
• Arteriol retina berkurang dan menjadi
seperti benang pada tingkat yang lanjut
• Optic disc menjadi pucat pada tingkat
lanjut dan terjadi atrofi
• Perubahan yang lain yang dapat terlihat adalah
colloid bodies, choroidal sclerosis, cystoid macular oedema, atrophic or
cellophane maculopathy.
3) Perubahan
lapangan pandang penglihatan
Annular atau ring-shaped scotoma adalah
gambaran adanya degenerasi pada bagian equator pada retina. Seperti progres
dari suatu penyakit, scotoma meningkat pada bagian anterior dan posterior dan
utamanya hanya penglihatan central berada disebelah kiri (tubular vision).
Biasanya hal ini hilang dan pasien menjadi buta.
4) Perubahan
Elektrofisiologi
Perubahan secara electrofisiologi ini
muncul diawal sebelum gejala subjektif dan tanda-tanda objektif muncul.
a.
Electro-retinogrsm (ERG) subnormal atau
terhapus (abolished)
b.
Electro-oculogram (EOG) menunjukkan tidak adanya puncak cahaya.
Pasien dengan gangguan penglihatan yang berat dapat terjadi
halusinasi dan gangguan tidur. Hal ini merupakan suatu kesempatan penting bagi
pasien untuk berdiskusi tentang
diagnosis penyakitnya dan konseling genetik prognosis penyakitnya.
h. Tatalaksana
Belum ada pengobatan yang efektif untuk retinitis
pigmentosa. Penderita dianjurkan untuk berkunjung secara teratur kepada
spesialis mata untuk memantau kelainan ini. Sebaiknya dilakukan secara teratur
setiap 5 tahun termasuk untuk menguji lapangan pandang dan evaluasi
electroretinogram.
Pemakaian
kaca mata gelap untuk melindungi retina dari sinar ultraviolet bisa
mempertahankan fungsi penglihatan. Baru-baru ini, muncul terapi baru
(meskipun masih dalam perdebatan) seperti pemberian antioksidan (misalnya vitamin A
palmitat) bisa menunda perkembangan penyakit ini.
1)
Medical Care
·
Vitamin A/ Beta Karoten
Antioksidan
dapat bermanfaat dalam mengobati pasien dengan retinitis pigmentosa, tetapi
belum ada bukti, yang jelas pada saat ini. Sebuah studi komprehensif terbaru
epidemiologi menyimpulkan bahwa dosis harian yang sangat tinggi dari vitamin A
palmitat (15.000 U / d) memperlambat kemajuan RP sekitar 2% per tahun.
·
Docosahexaenoic
acid (DHA)
DHA
adalah asam lemak tak jenuh ganda omega-3 dan antioksidan. Penelitian telah
menunjukkan korelasi ERG (electroretinogram)
amplitudo dengan konsentrasi DHA eritrosit-pasien. Studi lainnya melaporkan
adanya perubahan ERG kurang pada pasien dengan tingkat yang lebih tinggi kadar
DHA.
·
Acetazolamide
Edema
makula dapat mengurangi penglihatan dalam tahap lanjut dari retinitis
pigmentosa. Dari banyak terapis mencoba,
acetazolamide oral telah menunjukkan hasil yang paling menggembirakan dengan
beberapa perbaikan dalam fungsi visual. Studi yang dilakukan oleh Fishman dkk
dan Cox et al telah menunjukkan perbaikan dalam ketajaman visual snelling
dengan acetazolamide oral untuk pasien yang memiliki retinitis pigmentosa
dengan edema makula
·
Calcium
channel blocker
Calcium
channel blockers, seperti diltiazem, adalah obat-obat yang biasa digunakan pada
penyakit jantung. Kalsium channel blocker telah menunjukkan beberapa manfaat
dalam beberapa model binatang dari retinitis pigmentosa tetapi mereka tidak efektif dalam model lain.
·
Lutein
/ zeaxanthin
Lutein
dan zeaxanthin merupakan makula pigmen yang tubuh tidak dapat membuat melainkan
berasal dari sumber makanan. Lutein berfungsi untuk melindungi macula dari
kerusakan oksidatif, dan suplementasi oral telah terbukti meningkatkan pigmen
makula. Dosis 20 mg / hari telah direkomendasikan.
·
Asam
valproik
Asam
valproik oral telah menunjukkan manfaat dalam uji klinis, dan uji klinis yang
lebih lanjut sedang dilakukan.
·
Obat-obat
yang dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan menjadi retinitis pigmentosa
Sotretinoin
(Accutane), obat yang digunakan untuk mengobati jerawat telah dilaporkan
memperburuk penglihatan pada malam hari, respon electroretinogram, dan adaptasi
terhadap gelap. Sildenafil (Viagra), obat untuk mengobati disfungsi ereksi
telah terbukti menyebabkan perubahan reversibel elektroretinogram dan
penglihatan .Sildenafil adalah inhibitor PDE5 dan
kurang begitu sensitif terhadap PDE6. Mutasi dari gen PDE6 diketahui
menyebabkan RP autosomal resesif.
·
Obat
Lain
Dosis
1000 mg /hari asam askorbat telah
direkomendasikan, tetapi belum ada bukti bahwa asam askorbat sangat membantu.
Bilberry juga
direkomendasikan oleh beberapa praktisi pengobatan alternatif dalam
dosis 80 mg, tetapi belum ada studi terkontrol tentang khasiat dalam
pengobatan pasien dengan retinitis
pigmentosa. Antibodi antiretinal, agen
imunosupresif (termasuk steroid) juga telah digunakan dengan sukses.
2)
Surgical
Care
·
Katarak
ekstraksi
Operasi katarak sering bermanfaat
dalam tahap selanjutnya penobatan retinitis pigmentosa. Bastek et al,
mempelajari 30 pasien dengan retinitis pigmetasi, 83% dari mereka menunjukkan perbaikan
dalam pengobatan, dengan 2 garis pada grafik ketajaman visual Snellen setelah
dilakukan operasi katarak
·
Faktor
pertumbuhan
Faktor
neurotropik ciliary (CNTF) telah menunjukkan adanya perlambatan degenerasi
retina pada sejumlah model hewan. Tahap II uji klinis
sedang dilakukan, dengan menggunakan bentuk dienkapsulasi dari sel-sel
epitelium pigmen retina menghasilkan CNTF (Neurotech) untuk pasien dengan
sindrom Usher dan RP. Sel-sel ini harus dikemas dengan pembedahan yang
diletakkan ke dalam mata. Tahap I hasil uji coba klinis telah mendukung.
·
Transplantasi
Transplantasi
sel epitelium pigmen retina telah dittranspalntasikan ke dalam ruang subretinal
untuk menyelamatkan fotoreseptor pada hewan model retinitis
pigmentosa. Salah satu pendekatan yang mungkin berguna adalah modifikasi
ex vivo pada sel-sel yang terdapat faktor-faktor trofik.
·
Prostesis
retina
Sebuah chip prostesis atau
phototransducing retina ditanamkan pada permukaan retina dan telah diteliti
selama beberapa tahun. Lapisan sel ganglion retina yang sehat dapat
dirangsang, dan implan pada hewan model memiliki stabilitas jangka panjang.
Dalam sebuah studi oleh Humayun et al, ini telah terbukti bermanfaat pada
manusia. Satu pasien yang tidak punya persepsi cahaya, mampu melihat dan
melokalisasi senter setelah prostesis pada retinitis pigmentosa
·
Terapi
gen
Terapi gen masih dalam penelitian,
dengan harapan untuk menggantikan protein yang rusak dengan menggunakan vektor
DNA (misalnya, adenovirus, Lentivirus).
i.
Komplikasi
·
Penurunan penglihatan (decreased vision)
·
Katarak
·
Cystoid macular edema
·
Drusen in the optic nerve head
j.
Prognosis
Retinitis
pigmentosa merupakan suatu progress yang kronik. Penampakan klinis tergantung
pada jenis dari kelainan yang terjadi, masing-masing bentuk keparahan dapay
menyebabkan kebutaan.
k. Edukasi
dan pencegahan
Hal yang perlu diinformasikan kepada
pasien adalah bahwa retinitis pigmentosa merupakan kelainan yang bersifat
progresif dan tidak dapat disembuhkan. Pengobatan yang dilakukakn hanya
berfungsi untuk menghambat progresifitas dari penyakit yang diderita.
No comments:
Post a Comment